- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Mayoritas Masyarakat Dukung Pembangunan PLTN, Pemerintah Target Operasi pada 2032
Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Dukungan masyarakat terhadap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia terus menguat. Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Dadan Kusdiana, menyebut hasil survei menunjukkan mayoritas publik menyetujui kehadiran PLTN sebagai bagian dari solusi energi nasional.
“Stakeholder nasional dari tahun 2016 sudah melakukan survei. 2016 itu 77,53 persen itu setuju PLTN itu dibangun di Indonesia. Demikian juga angka di 2017, 73,7 persen, dan kemudian secara regional di Kalimantan Barat bahkan angkanya itu mencapai 88 persen mendukung,” ujar Dadan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR RI di Jakarta, Rabu (30/4/2025).
Tingginya tingkat penerimaan ini, lanjut Dadan, menunjukkan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap manfaat energi nuklir. Selain ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi karbon, PLTN juga dinilai sebagai solusi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan listrik yang terus bertambah.
Baca Juga: Kenapa Indonesia Kepincut Bangun Pembangkit Nuklir? Ini Alasannya
Dengan kapasitas besar dan kemampuan beroperasi 24 jam penuh, PLTN disebut sebagai penyeimbang yang andal dalam sistem ketenagalistrikan nasional.
“Secara statistik rata-rata di angka 91–92% terhadap kapasitasnya sendiri, beroperasi selama 24 jam dan ini sudah terbukti sejak panjang,” ujarnya.
Dari sisi keekonomian, meski pembangunan PLTN memerlukan investasi awal yang besar, biaya operasionalnya disebut lebih kompetitif dibandingkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Baca Juga: Nuklir Masuk RUPTL! Hashim Ajak Tony Blair Bahas PLTN
Dadan menegaskan bahwa arah kebijakan energi nasional kini semakin membuka ruang bagi pengembangan nuklir. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), PLTN diproyeksikan mulai beroperasi pada 2032 dengan kapasitas awal 250 Megawatt (MW). Pemerintah menargetkan total kapasitas PLTN mencapai 45–54 Gigawatt (GW) pada 2060.
“Riset dari BRIN, ada beberapa usulan lokasi yang sudah dilakukan kajian, baik itu di beberapa daerah di wilayah Bangka, kemudian Kalimantan Barat, kemudian juga di Sulawesi Tengah. Sulawesi juga mempunyai potensi yang sangat baik terkait dengan potensi uraniumnya,” pungkas Dadan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: