Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Setelah mengalami tekanan hebat di awal tahun, investor asing mulai menunjukkan tanda-tanda kembali masuk ke pasar saham Indonesia. Head of Investment Information Team Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina, mengatakan arus modal asing mulai berbalik arah meski secara keseluruhan masih mencatatkan penjualan bersih (net sell) sepanjang 2025.
“Pekan lalu kita mencatat net buy asing sekitar Rp300 miliar, dan di awal Mei kemarin sudah ada tambahan Rp204 miliar. Ini bisa menjadi indikasi awal bahwa investor global mulai melihat peluang di pasar domestik,” ujar Martha dalam paparan pasar Mirae Asset, Senin (5/5/2025).
Perubahan ini sejalan dengan stabilisasi nilai tukar rupiah dan perbaikan indikator teknikal di IHSG, yang ditutup menguat 3,9% sepanjang April 2025. Meskipun secara year-to-date IHSG masih terkoreksi 4,4%, pemulihan dari titik terendah pada April menjadi sinyal positif bagi pelaku pasar.
Baca Juga: Dana Asing Kembali Masuk Buat Pasar Saham RI Moncer, Tapi Waspadai ‘Euforia Sesaat’
Menariknya, aliran dana asing tidak lagi terpusat pada sektor perbankan seperti tahun-tahun sebelumnya. Justru sektor komoditas logam mulia dan kesehatan kini menjadi incaran utama investor asing.
Saham Antam (ANTM) dan Amman Mineral (AMMN) masing-masing mencatatkan lonjakan harga hingga 33% dalam sebulan terakhir, seiring dengan penguatan harga emas global. Di sisi lain, saham-saham di sektor kesehatan seperti SRAJ dan Kalbe Farma (KLBF) juga tumbuh lebih dari 20%.
“Perputaran sektor sedang berlangsung. Investor kini membidik sektor-sektor yang lebih defensif dan yang terdampak positif oleh kondisi global seperti kenaikan harga emas dan fokus terhadap layanan kesehatan,” jelasnya.
Baca Juga: Investasi Kuartal I 2025 Capai Rp465,2 Triliun, Tapi Modal Asing Mulai Seret
Sebaliknya, sektor teknologi yang sempat menjadi bintang pada awal tahun mulai menunjukkan pelemahan. Indeks sektor teknologi tercatat sebagai satu-satunya yang mengalami penurunan pada April, dipicu oleh koreksi harga saham besar seperti MLPT, Beli, dan DCI.
Martha juga mengingatkan bahwa meskipun kondisi pasar membaik, kehati-hatian tetap diperlukan.
“Fenomena ‘Sell in May and Go Away’ masih bisa terjadi. Tapi kondisi makro dan pasar yang lebih stabil bisa membuat tahun ini jadi pengecualian,” katanya.
Ia juga mencatat bahwa tekanan terhadap saham perbankan oleh asing mulai mereda. Meski Bank Mandiri, BRI, dan BNI masih mendominasi daftar net sell asing, minat terhadap saham BCA mulai pulih, terlihat dari mulai masuknya pembelian asing pada akhir April.
Dengan kombinasi stabilisasi rupiah, pemulihan IHSG, dan pergeseran minat sektor, pasar modal Indonesia menunjukkan sinyal perbaikan. Namun, keputusan kebijakan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat dan Inggris yang akan diumumkan pekan ini diperkirakan menjadi faktor penggerak utama dalam menentukan arah pasar selanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: