Kredit Foto: SKK Migas
Harga minyak mentah global kembali melemah tajam dalam perdagangan di Senin (5/5). Pasar terus menyoroti prospek bertambahnya pasokan minyak akibat langkah dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Dilansir dari Reuters, Selasa (6/5), Brent Crude turun 1,7% dan ditutup pada kisaran US$60,23 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) Crude merosot 2% menjadi US$57,13 per barel. Kedua patokan harga tersebut mencapai level penutupan terendah sejak Februari 2021.
Baca Juga: Bahlil Siapkan Payung Hukum Serap Minyak Ilegal dari Masyarakat
OPEC dikabarkan sepakat untuk kembali mempercepat kenaikan produksi minyak untuk bulan kedua berturut-turut, dengan penambahan produksi sebesar 411.000 barel per hari (bph) pada bulan Juni. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran akan kelebihan pasokan di tengah prospek permintaan yang masih tidak pasti.
"Untuk produsen di luar kelompok OPEC, yang kini mencakup hampir 60% dari pasokan minyak global, puncak penguasaan pangsa pasar mungkin telah tercapai jika pasokan baru ini masuk ke pasar dan harga terus turun," kata Analis Third Bridge, Peter McNally.
OPEC juga dilaporkan bahwa tengah menimbang untuk menghapus pemangkasan produksi secara sukarela sepenuhnya pada akhir Oktober 2025. Langkah tesebut akan diambil jika para anggota tidak meningkatkan kepatuhan terhadap kuota produksi mereka.
Di sisi lain, kekhawatiran akan resesi global yang meluas serta lemahnya permintaan impor bahan bakar olahan turut menekan harga minyak.
Baca Juga: Peran BPDP dalam Mendukung Petani Kelapa Sawit Rakyat
Baca Juga: 5 Peran Devisa Sawit bagi Indonesia
Analisis pasar juga mencatat adanya peningkatan sekitar 150 juta barel dalam stok minyak global, baik di tangki darat maupun di kapal tanker di laut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar