Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ekonomi Melambat di Kuartal I, BI Ramal Bisa Amblas ke 4,7% Akibat Tarif AS

        Ekonomi Melambat di Kuartal I, BI Ramal Bisa Amblas ke 4,7% Akibat Tarif AS Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada kuartal I 2025 hanya tumbuh 4,87% secara tahunan (year on year/yoy), menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Bank Indonesia (BI) pun memperkirakan perlambatan bisa berlanjut ke level bawah dikisaran proyeksi 4,7%, dan teratas 5,5% sepanjang tahun ini, dampak kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

        “Ke depan, pertumbuhan ekonomi 2025 diprakirakan sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7–5,5% (yoy), dipengaruhi oleh dampak langsung dan tidak langsung kebijakan tarif AS,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, di Jakarta, Selasa (6/5/2025).

        Baca Juga: Ekonomi RI Minus di Kuartal I 2025, Awas Resesi!

        Menurut Denny, tekanan terhadap perekonomian nasional datang dari luar negeri seiring dengan kebijakan dagang baru AS yang memicu tarif balasan dan memperketat ekspor-impor Indonesia. Ini menjadi risiko tambahan di tengah pemulihan yang belum merata.

        Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan PDB triwulan I 2025 masih ditopang konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,89% (yoy), didorong momentum libur Tahun Baru dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri.

        Baca Juga: BPS Beberkan Penyebab Ekonomi RI Tak Sentuh 5% di Kuartal I

        Namun, investasi hanya tumbuh 2,12% (yoy), dan konsumsi pemerintah bahkan terkontraksi 1,38% (yoy), seiring normalisasi belanja pasca-pemilu. Konsumsi lembaga nonprofit tumbuh 3,07% (yoy).

        Sementara itu, ekspor tumbuh 6,78% (yoy), didorong permintaan mitra dagang utama serta peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara yang menopang ekspor jasa.

        Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan masih ditopang industri pengolahan, perdagangan, transportasi dan pergudangan, serta pertanian yang didukung panen raya padi dan jagung.

        Secara spasial, pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), diikuti Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Bali–Nusa Tenggara (Balinusra).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Cita Auliana
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: