Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengenal World App, Fenomena Scan Retina untuk Uang dan Kontroversinya

        Mengenal World App, Fenomena Scan Retina untuk Uang dan Kontroversinya Kredit Foto: World
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Fenomena World App tengah menghebohkan masyarakat Indonesia. Banyak orang rela mengantre di sejumlah lokasi seperti Jakarta, Bekasi, dan Depok hanya untuk melakukan pemindaian retina. Imbalannya cukup menggiurkan:,mulai dari Rp200 ribu hingga Rp800 ribu dalam bentuk aset digital.

        World App sendiri merupakan bagian dari proyek ambisius bernama Worldcoin, yang digagas oleh Sam Altman, CEO OpenAI—perusahaan teknologi yang dikenal lewat pengembangan kecerdasan buatan seperti ChatGPT. Proyek ini bertujuan membangun jaringan identitas digital global dan sistem keuangan inklusif berbasis teknologi blockchain.

        Apa Itu World App?

        Mengutip situs resmi Worldcoin.org, World adalah jaringan keuangan digital global yang dibangun atas dasar identitas manusia nyata, bukan AI. Di era kecerdasan buatan yang makin dominan, proyek ini bertujuan menciptakan sistem yang bisa membedakan pengguna manusia dari bot dan algoritma.

        Baca Juga: Warga Ramai Pindai Retina untuk World App, Masyarakat Jangan Tergiur!

        Ekosistem World terdiri dari empat elemen utama:

        1. World ID, identitas digital yang membuktikan bahwa seseorang adalah manusia nyata.
        2. World App, aplikasi yang berfungsi sebagai dompet digital, tempat menyimpan World ID dan aset kripto.
        3. World Chain, jaringan blockchain yang dirancang untuk digunakan manusia sungguhan dalam kehidupan sehari-hari.
        4. Worldcoin, token digital yang digunakan sebagai alat pembayaran sekaligus mekanisme tata kelola dalam jaringan World.

        “Di era AI, World adalah jaringan manusia nyata yang dibangun di atas bukti anonim manusia dan jaringan keuangan yang inklusif secara global,” tulis situs resmi World.

        Teknologi Orb dan Pemindaian Retina

        Yang menarik perhatian publik adalah Orb, bola pemindai retina futuristik yang digunakan untuk mendaftarkan identitas pengguna ke sistem World. Teknologi ini diklaim mampu membedakan manusia dari AI dengan cara memindai iris mata dan menghasilkan World ID yang unik.

        Namun, pemindaian retina ini memunculkan dua sisi respons dari masyarakat. Sebagian besar warga yang tertarik menyebut ini sebagai peluang mudah untuk mendapatkan insentif uang digital. Tapi di sisi lain, keraguan terhadap keamanan data pribadi tak bisa dihindarkan.

        Pasalnya, data biometrik seperti retina dianggap sangat sensitif. Kekhawatiran publik pun mencuat, terlebih setelah laporan investigatif dari MIT Technology Review pada 2022 menyebut bahwa Worldcoin pernah dituding mengumpulkan data biometrik dari masyarakat rentan dengan imbalan uang tanpa transparansi yang jelas.

        Pemerintah Bertindak: Dibekukan Sementara

        Menanggapi keresahan masyarakat, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengambil langkah tegas dengan membekukan izin operasional World App dan Worldcoin di Indonesia.

        “Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat. Kami juga akan memanggil PT Terang Bulan Abadi untuk klarifikasi resmi dalam waktu dekat,” ujar Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, Alexander Sabar.

        Diketahui, World App beroperasi di Indonesia di bawah entitas PT Terang Bulan Abadi, sedangkan Worldcoin dijalankan oleh PT Sandina Abadi Nusantara. Keduanya belum memiliki Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) sebagaimana diwajibkan.

        Baca Juga: Pembekuan World App dan Worldcoin Dinilai Tepat, Tapi Buat Investor Asing Was-was

        Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, turut menegaskan bahwa pembekuan ini didasarkan pada dua alasan utama.

        “Atas dua dasar itu kita telah melakukan pembekuan sementara. Sekali lagi dua dasarnya, keresahan masyarakat, kemudian kita pelajari memang ada izin-izin yang perlu diperiksa lebih lanjut. Ada ketidaksesuaian nama,” ujar Meutya Hafid, Kamis (8/5/2025).

        Masyarakat kini berada di persimpangan: memilih antara inovasi digital masa depan atau menjaga hak atas data pribadi yang tak ternilai. Di satu sisi, World App menawarkan teknologi canggih yang memungkinkan pengelolaan identitas global berbasis blockchain. Di sisi lain, proyek ini juga memantik debat panjang soal etika pengumpulan data biometrik, terutama dari masyarakat awam yang mungkin belum sepenuhnya paham risiko yang menyertainya.

        World memang mengklaim bahwa data pengguna dikendalikan sepenuhnya oleh pemiliknya. “Datamu dimiliki dan dikendalikan oleh dirimu sendiri. World dibangun untuk menghubungkan, memberdayakan, dan dimiliki oleh semua orang,” tulis mereka di laman resmi.

        Namun, pada akhirnya, publik tetap perlu mengedepankan kewaspadaan dan literasi digital. Teknologi masa depan bukan sekadar soal kecanggihan, tetapi juga soal kepercayaan dan perlindungan hak-hak dasar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ida Umy Rasyidah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: