Cerita Wang Ning Pendiri Pop Mart, Sukses Lewat Labubu hingga jadi Miliarder Termuda di China
Kredit Foto: Pop Mart Thailand
Akhir-akhir ini, Pop Mart menerima banyak sorotan berkat kesuksesannya dengan boneka Labubu, boneka kelinci lucu yang menjadi buruan para kolektor di seluruh dunia.
Pop Mart sendiri merupakan perusahaan mainan asal Tiongkok yang dikenal karena menjual mainan "rancangan desainer" yang dapat dikoleksi dan sering dijual dalam format "kotak buta" atau blind box.
Di balik kesuksesan Pop Mart, terdapat sosok Wang Ning yang menjadi pendiri dan CEO Pop Mart. Wang Ning merupakan pria kelahiran 1987 di Beijing, China. Ia memang telah menunjukan minat besar terhadap dunia bisnis dan teknologi sejak muda.
Setelah lulur dengar gelar periklanan dari Universitas Zhengzhou pada tahun 2009. Wang memulai kariernya di industri e-commerce. Namun, perjalanan hidupnya berubah ketika ia menemukan potensi besar dalam bisnis mainan collectible.
Pada tahun 2010, Wang Ning mendirikan Pop Mart di Zhongguancun, Beijing, Pop Mart awalnya adalah sebuah perusahaan yang awalnya menjual berbagai produk gaya hidup dan aksesori.
Namun, setelah beberapa tahun mengelola bisnisnya Wang menyadari bahwa produk mainan collectible lebih dilirik karena memiliki daya tarik yang unik serta memiliki pasar yang sangat potensial, terutama di kalangan milenial dan Gen Z.
Salah satu strategi Pop Mart untuk menjual produknya adalah konsep blind box, dimana pembeli tidak tahu karakter mana yang akan mereka dapatkan hingga membuka kotaknya. Strategi ini sukses menumbuhkan rasa penasaran dan dorongan untuk terus membeli karena pembeli ingin mengoleksi semua karakter, termasuk Labubu.
Boneka ini menjadi karakter paling ikonik yang diproduksi oleh Pop Mart. Berbentuk boneka kelinci yang memiliki desain unik dan ekspresi yang lucu membuatnya menjadi salah satu mainan yang paling dicari di dunia. Berkat Labubu pula Pop Mart menjadi lebih dikenal masyarakat luas.
Dengan strategi ini, membuat Pop Mart tidak hanya meraih sukses di China namun juga berekspansi ke pasar Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Ekspansi global ini membuat Labubu dan karakter lainnya semakin dikenal di seluruh dunia dan mampu memperkuat posisi Pop Mart sebagai salah satu pemain utama dalam industri mainan collectible.
Kini toko Pop Mart telah hadir di berbagai negara, termasuk Indonesia, Eropa, Asia Tenggara dan Amerika Serikat. Di dalam negeri sendiri, boneka fluffy dan labubu berhasil mencuri perhatian anak-anak, orang dewasa, hingga artis ternama seperti Dian Sastrowardoyo dan Nagita Slavina.
Dalam mengembangkan bisnisnya, Wang Ning terus berpegang teguh dengan prinsipnya yakni mengedepankan inovasi produk, menerapkan strategi pemasaran yang tepat serta menciptakan fenomena koleksi bagi para pelanggannya.
Baca Juga: Cerita Tadashi Yanai Membesarkan Uniqlo, Lulusan Politik yang Memilih Dunia Fashion
Melalui Pop Mart, Wang Ning meraup untung besar hingga mencapai $5 miliar dan menjadikannya salah satu miliarder termuda di China. Pada Desember 2020, Pop Mart resmi melantai di Bursa Efek Hong Kong, mengumpulkan dana lebih dari $700 juta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: