Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Mayoritas bursa saham Asia dibuka menguat pada awal pekan ini, Senin (30/6/2025), menyusul sentimen positif dari reli Wall Street dan meredanya kekhawatiran pasar atas negosiasi tarif perdagangan global.
Hingga pukul 08.25 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang memimpin penguatan dengan lonjakan 1,53% ke level 40.765,12. Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,7% ke posisi 3.077,35, sedangkan ASX 200 Australia menguat 0,25% ke level 8.535,8.
Sementara itu, bursa Hong Kong dan Taiwan mencatat pelemahan tipis. Indeks Hang Seng melemah 0,04% ke 25.958,44, indeks Taiex Taiwan turun 0,3% ke posisi 22.483,23, dan FTSE Straits Times Singapura terkoreksi 0,02% ke 3.965,36. Di sisi lain, FTSE Malay KLCI Malaysia naik 0,5% ke level 1.535,84.
Baca Juga: IHSG Sepekan Terkoreksi, tapi Saham-saham Ini Tetap Melejit
Penguatan bursa Asia terjadi setelah juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, memberikan pernyataan yang meremehkan potensi dimulainya kesepakatan tarif baru. Pernyataan ini mengurangi kecemasan pelaku pasar yang selama ini dibayangi ketidakpastian arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat.
Investor juga mencermati rilis data ekonomi dari kawasan Asia, termasuk data produksi industri Jepang dan Korea Selatan untuk Mei, serta indeks manajer pembelian (PMI) China untuk Juni.
Indeks Nikkei 225 sempat menguat 1,13% di awal perdagangan, sedangkan Topix naik 0,77%. Kospi Korea Selatan bergerak stabil dengan penguatan, meskipun indeks Kosdaq stagnan. Di Australia, ASX 200 sempat dibuka dengan penguatan 0,3%.
Baca Juga: Investor Waspada! Tiga Emiten Saham Ini Masuk Pantauan BEI
Penguatan bursa Asia ini terjadi mengikuti reli di Wall Street pada penutupan Jumat lalu. Indeks S&P 500 mencetak rekor baru di level 6.173,07 setelah menguat 0,5% dari posisi sebelumnya di 6.147,43. Nasdaq Composite juga mencatat rekor tertinggi sepanjang masa, sementara Dow Jones Industrial Average naik hampir 1%.
Reli Wall Street menjadi pendorong utama pergerakan positif di pasar Asia, meskipun investor tetap mencermati dinamika negosiasi perdagangan global yang berpotensi menciptakan volatilitas menjelang semester kedua 2025.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: