Kredit Foto: SKK Migas
Harga minyak dunia naik tipis pada Selasa (1/7). Hal itu seiring investor mencermati tanda-tanda permintaan yang kuat di tengah kehati-hatian menjelang pertemuan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Sekutu (OPEC+) di 6 Juli.
Dilansir dari Reuters, Rabu (2/7), Brent Crude ditutup menguat 0,6% ke US$67,11. SementaraWest Texas Intermediate (WTI) naik 0,5% ke US$65,45.
Baca Juga: Kelola Sumur Minyak Rakyat, UMKM Wajib Punya Modal Rp5 Miliar
Kenaikan harga didorong oleh data positif dari China. Survei sektor swasta menunjukkan aktivitas manufaktur negara tersebut kembali berekspansi pada bulan lalu, mengindikasikan pemulihan permintaan energi dari ekonomi terbesar kedua dunia itu.
Arab Saudi dilaporkan akan menaikkan harga jual minyakke level tertinggi dalam empat bulan, hal itu turut mendukung sentimen bullish dalam pasar. ESPO Rusia yang harganya tetap kuat juga dianggap mencerminkan permintaan global yang solid.
Namun, kenaikan harga minyak dibatasi oleh antisipasi pasar atas potensi peningkatan pasokan dari OPEC+.Kelompok produsen tersebut diperkirakan akan menaikkan produksi Agustus sebesar 411.000 barel per hari (bph), menyusul kenaikan serupa pada bulan Mei, Juni, dan Juli.
"Semua mata tertuju pada keputusan OPEC+ akhir pekan ini, ketika kelompok itu diperkirakan menambah produksi lagi untuk mengambil pangsa pasar, terutama dari produsen shale AS," kata Analis Energi StoneX, Alex Hodes.
Selain bersaing dengan produsen AS, OPEC+ juga tengah menekan anggotanya yang kelebihan produksi.
Kazakhstan dilaporkan menaikkan produksi minyaknya ke rekor tertinggi bulan lalu. Sementara Arab Saudi meningkatkan ekspor minyak mentahnya pada Juni ke laju tercepat dalam setahun, bahkan melebihi batas produksi berdasarkan kesepakatan OPEC+.
"Ekspor ini meningkat lebih cepat dibanding yang disepakati OPEC+, bahkan saat musim panas yang biasanya digunakan untuk konsumsi domestik tinggi," ujar Hodes.
Di sisi lain, investor juga mencermati perkembangan negosiasi perdagangan menjelang tenggat tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 9 Juli.
Baca Juga: Pemerintah Targetkan Inventarisasi Sumur Minyak Ilegal Rampung Juli 2025
Trump mengatakan ia tidak berencana memperpanjang batas waktu tersebut, menambah ketidakpastian pasar. Ia juga menyebut bahwa kesepakatan dagang dengan India mungkin tercapai, namun ia meragukan kemungkinan kesepakatan dengan Jepang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar