Motor Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Asia Jadi Lahan Basah untuk Investor di Tengah Ketidakpastian Global
Kredit Foto: Unsplash/Isaac Smith
Manulife Investment Management dalam laporan market outlook semester II-2025 menilai kawasan Asia masih menjadi pusat pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang menjanjikan di tengah gejolak global.
Manulife menyoroti bahwa inovasi, lokalisasi, dan transformasi digital menjadi pendorong utama pertumbuhan struktural kawasan. Di tengah fragmentasi kebijakan global, negara-negara Asia dinilai lebih tangguh secara fiskal dan ekonomi domestik.
“Kondisi makro di tahun 2025 telah berkembang secara dramatis hanya dalam tempo enam bulan. Apa yang dimulai sebagai langkah pelonggaran yang tersinkronisasi kini terfragmentasi karena keputusan pemerintah, terutama di AS, memicu efek berantai di perdagangan global dan pasar modal,” ujar Luke Browne, Global Head of Multi-Asset Solutions Manulife, dikutip dalam keterangan resmi, Jumat (11/7/2025).
Baca Juga: Usai Indonesia Bergabung, Ekonomi BRICS Terus Bertambah
Ia menambahkan bahwa arah kebijakan suku bunga The Fed tetap menurun, namun kecepatannya akan sangat ditentukan oleh daya tahan pertumbuhan AS, tren ketenagakerjaan, serta kondisi perdagangan global. Sementara tekanan inflasi global mulai mereda, ketidakpastian fiskal dan lemahnya pemulihan di Eropa tetap menjadi perhatian.
Sebaliknya, Asia dinilai menunjukkan ketahanan lebih kuat. Menurut Manulife, faktor utama pendukungnya adalah kebijakan fiskal yang adaptif, fokus pada konsumsi domestik, dan eksposur perdagangan global yang relatif lebih kecil.
China, India, dan negara-negara ASEAN diproyeksikan menjadi poros utama pertumbuhan regional. Di China, strategi bergeser ke transformasi struktural melalui teknologi kecerdasan buatan (AI), stimulus fiskal yang agresif, serta peningkatan kerja sama perdagangan dengan ASEAN.
Baca Juga: Tak Seperti Bursa Asia Lainnya, Pasar Saham China Malah Terkoreksi Gegara Data Ekonomi
India dinilai diuntungkan oleh kombinasi demografi muda, kebijakan konsumsi yang aktif, dan perlindungan dari guncangan eksternal. “Pemotongan pajak individu meningkatkan konsumsi, dan dengan eksposur perdagangan yang terbatas – di mana ekspor ke AS hanya berkontribusi terhadap 2% PDB – India relatif terisolasi dari guncangan tarif,” ujar Charlie Dutton, Head of Emerging Market Equities Manulife.
Sementara negara-negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand dinilai mendapat keuntungan dari penurunan inflasi, pelonggaran suku bunga, serta pergeseran rantai pasok global ke kawasan Asia Tenggara.
Manulife menyimpulkan bahwa meskipun volatilitas global masih tinggi, Asia menawarkan peluang investasi jangka panjang yang solid, terutama berkat pertumbuhan konsumsi domestik, ekspansi ekonomi digital, dan percepatan inklusi keuangan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: