Kredit Foto: Istimewa
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tengah bernegosiasi intensif dengan produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing, terkait rencana pengadaan hingga 50 unit pesawat. Langkah ini merupakan bagian dari strategi pemulihan jangka panjang dan penguatan struktur armada dalam lima tahun ke depan.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menyampaikan bahwa proses diskusi dengan Boeing masih berlangsung dan pembelian pesawat ini akan disesuaikan dengan karakteristik pasar yang dilayani perseroan.
"Kami sedang mendiskusikan detail kebutuhan pesawat yang benar-benar sesuai dengan pangsa pasar Garuda," ujarnya dalam keterbukaan informasi, Selasa (22/7/2025).
Baca Juga: Airlangga Ungkap Progres Pembelian 50 Pesawat Boeing oleh Garuda Indonesia
Pengadaan armada ini masuk dalam skema restrukturisasi keuangan perusahaan dan telah mendapat persetujuan dari Menteri BUMN Erick Thohir serta pemegang saham dalam RUPSLB yang digelar pada 30 Juni 2025. Selain itu, Garuda juga menjajaki sejumlah opsi pembiayaan dari mitra strategis di luar dukungan internal.
“Transformasi Garuda tak hanya soal jumlah pesawat, tapi bagaimana jaringan rute kami menjadi lebih strategis dan menguntungkan,” tambah Wamildan.
Ia menekankan bahwa rute yang dikembangkan ke depan harus relevan dengan permintaan pasar dan berpotensi meningkatkan profitabilitas.
Pemilihan tipe pesawat akan mempertimbangkan efisiensi operasional, ketersediaan unit dari Boeing, serta jadwal pengiriman. Jika terealisasi, pembelian ini menandai fase baru dalam pemulihan Garuda pascarestrukturisasi dan pandemi.
Baca Juga: Prabowo Beri Sinyal akan Besarkan Garuda Indonesia, Saham GIAA Langsung Lepas Landas
Meski upaya transformasi berjalan, Garuda masih membukukan rugi bersih sebesar US$75,9 juta pada kuartal I 2025. Meski lebih rendah dibanding rugi US$86,8 juta pada periode yang sama tahun lalu, kinerja belum sepenuhnya pulih. Ekuitas perseroan per 31 Maret 2025 tercatat negatif US$1,43 miliar, memburuk dari posisi akhir 2024 sebesar US$1,35 miliar. Rugi belum dicadangkan mencapai US$3,58 miliar.
Pendapatan usaha naik tipis menjadi US$723,6 juta dari US$712 juta, namun tetap dibayangi tingginya beban bahan bakar dan perawatan. Dari sisi neraca, aset Garuda turun 2,4% menjadi US$6,46 miliar, dengan liabilitas sebesar US$7,89 miliar. Aset tetap juga menyusut menjadi US$4,81 miliar dari sebelumnya US$5,03 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri