Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Membangun Ekosistem AI Indonesia, UKI dan USC Gelar Workshop untuk 60 Dosen dari Berbagai Daerah

        Membangun Ekosistem AI Indonesia, UKI dan USC Gelar Workshop untuk 60 Dosen dari Berbagai Daerah Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        UKI (Universitas Kristen Indonesia) berkolaborasi dengan USC (University of Southern California) dan ALMI (Akademi Ilmuwan Muda Indonesia) untuk menerapkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam bidang pendidikan, terutama di perguruan tinggi. Implementasi ini dilakukan melalui pelatihan untuk para pengajar di berbagai universitas di Indonesia.

        Hal tersebut dilakukan tak lepas dari peran dosen yang menjadi garda terdepan dalam pendidikan bagi mahasiswa, penelitian dan ekosistem AI di Indonesia. Sebanyak 60 dosen dan peneliti universitas hadir dalam workshop "Advancing AI Capacity in Indonesian Universities" yang dilaksanakan pada 26–27 Juli 2025 di Perpustakaan Nasional Indonesia, Jakarta Pusat.

        Para peserta datang dari berbagai wilayah Indonesia seperti Batam, seluruh bagian Pulau Jawa, Makassar, Kupang, dan dari luar negeri, yaitu Malaysia. Workshop ini menghadirkan pembicara dari universitas di dalam maupun luar negeri. Workshop secara teknis dilaksanakan oleh Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), sejalan dengan misi utama mendorong peningkatan kapasitas dosen Indonesia, khususnya dalam 

        penguasaan dan pengembangan teknologi AI di lingkungan pendidikan tinggi. 

        Baca Juga: Kampus Sebagai Pusat Teknologi Punya Peran Penting Agar UMKM Naik Kelas

        Pramudita Satria Palar selaku anggota ALMI yang juga merupakan salah satu steering committee workshop, menekankan bahwa workshop ini dirancang untuk memberikan pengalaman praktis dan koneksi lintas institusi.

        "ALMI memandang pentingnya peningkatan kapasitas dosen sebagai bagian dari strategi nasional dalam menghadapi tantangan revolusi teknologi, termasuk AI," tegasnya, di Jakarta.

        Kegiatan yang diprakarsai oleh UKI dan USC ini juga didukung oleh Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi Kemendikti Saintek. Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Kristen Indonesia, Prof. Dr. Dhaniswara K. Harjono, mengatakan bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin memiliki peran dalam pendidikan tinggi di Indonesia sehingga kolaborasi akademisi lintas negara dan benua diperlukan dalam memformulasikan strategi integrasi kurikulum AI untuk universitas di Indonesia. Para dosen pun berada dalam garda depan dalam ekosistem AI dengan mempersiapkan generasi yang mampu memahami, menggunakan, dan mengembangkan AI secara etis dan tepat guna.

        “AI bukan lagi merupakan hal yang hanya dibicarakan di laboratorium atau forum teknologi. Dunia pendidikan berperan strategis sebagai ekosistem AI agar Indonesia tidak tertinggal dan kehilangan kesempatan dalam mengoptimalkan AI," tegas Dhaniswara.

        Selama workshop, para dosen mendapatkan paparan tren terbaru dalam bidang AI dan mengikuti diskusi intensif dan penyusunan kerangka kurikulum berbasis pengalaman nyata serta kebutuhan lokal. Workshop pun menjadi platform penting dalam membekali para dosen dengan pemahaman praktis dan strategis serta membangun kolaborasi antara perguruan tinggi Indonesia dan mitra internasional dalam membangun ekosistem AI di Indonesia.

        Dukungan dari USC sebagai mitra internasional dalam penyelenggaraan workshop ini memberikan dimensi global yang kuat. Prof. Glenn Melnick, Professor of Public Policy and Health Economics di USC Sol Price School of Public Policy, menyampaikan bahwa pihaknya melihat potensi luar biasa dari para dosen dan institusi pendidikan di Indonesia. Kolaborasi semacam ini sangat penting untuk menciptakan konektivitas antara dunia akademik dan tantangan teknologi masa kini. 

        "Melalui workshop ini, kami di USC ingin berbagi praktik terbaik dan membangun jembatan pengetahuan antara USC dan universitas-universitas di Indonesia yang memiliki semangat inovatif dan inklusif dalam membangun ekosistem AI di Indonesia," ungkap Glenn.

        Holip Soekawan, Project Advisor UKI AI Center yang juga alumni USC dan anggota Dewan Pembina Yayasan Alumni USC Indonesia, turut menambahkan bahwa saat kerja sama ini dimulai tahun lalu, perjalanan AI menuju Gen AI ketika mesin mampu berpikir seperti manusia, masih terasa seperti sebuah fatamorgana. Namun hanya dalam kurun waktu 12 bulan, Gen AI kini semakin mendekati realita. Fatamorgana terbaru adalah ASI (Artificial Superintelligence), atau the new frontier, di mana AI diproyeksikan akan melampaui kemampuan manusia. 

        Baca Juga: Netflix Catat Laba Naik Jadi US$3,1 Miliar, Teknologi AI Jadi Senjata Baru Produksi Visual Efek

        "Pemahaman tentang AI dinilai sudah selayaknya dimulai dari komunitas pendidikan tinggi di Indonesia. Dengan menghadirkan para pakar dari USC dan institusi lainnya, kita tidak hanya saling belajar, tetapi juga  memperluas ruang kolaborasi yang saling memperkuat," tambahnya.

        Dengan terselenggaranya kegiatan ini, UKI, USC dan ALMI menegaskan komitmen bersama untuk menciptakan ekosistem pendidikan tinggi yang lebih siap menghadapi perkembangan teknologi, membangun talenta unggul di bidang AI serta menjalin kemitraan akademik yang berkelanjutan demi masa depan pendidikan Indonesia.

        “Penguatan kapasitas pengajaran serta penelitian di bidang AI bagi dosen di beragam universitas sejalan dengan dengan komitmen UKI dalam mendorong transformasi pendidikan tinggi dan membangun ekosistem AI di Indonesia, sebagai bagian dari ekosistem global,” tutup Dhaniswara.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: