JPMorgan: Kesalahan Besar Jika Mengira Tarif Akan Dikurangi Apalagi Rollback Setelah Era Trump
Kredit Foto: Getty Images
Center for Geopolitics JPMorgan Chase menyoroti kebijakan proteksionis berupa kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Pihaknya menyebut tarif efektif akan hal tersebut diperkirakan akan stabil dalam kisaran 22%. Pihaknya juga mengatakan bahwa bea masuk pada sektor-sektor sensitif yang dianggap penting bagi keamanan nasional tidak mungkin dicabut dalam waktu dekat oleh Trump.
Baca Juga: Trump Akan Naikkan Tarif Impor Farmasi Hingga 250%
JPMorgan mengatakan bahwa dukungan lintas partai terhadap kebijakan tarif semakin kuat karena dinilai mampu memperkuat basis industri lokal dalam sektor-sektor strategis seperti semikonduktor dan pertahanan. Hal ini membuat skenario pelonggaran tarif secara luas semakin tidak realistis, bahkan setelah habisnya masa jabatan dari Trump.
“Salah satu kesalahan besar adalah menganggap bahwa mereka akan kembali ke era tarif rendah dan perjanjian perdagangan bebas komprehensif seperti sebelum 2017,” tulis JPMorgan, dilansir Kamis (7/8).
Meski beberapa kesepakatan perdagangan terbaru telah menimbulkan harapan akan adanya pelonggaran kebijakan tarif, pihaknya memperingatkan bahwa landskap perdagangan saat ini jauh lebih kompleks.
JPMorgan menyebut adanya perubahan arah kebijakan tidak hanya bergantung pada siapa yang menjabat dalam kursi pemerintahan, tetapi juga pada struktur tarif yang sudah tertanam dalam sistem perdagangan dari AS.
“Bahkan jika presiden berikutnya mendukung pendekatan perdagangan era sebelum ini, mereka akan menghadapi tantangan besar untuk membongkar struktur tarif yang sudah dibangun sejak 2017,” kata JPMorgan.
Baca Juga: Trump: Anjloknya Harga Minyak Dunia Jadi Kunci Akhiri Perang Rusia-Ukraina
Selain hambatan politik dan kelembagaan, waktu juga menjadi faktor penting. Semakin lama kebijakan tarif diberlakukan, semakin besar kemungkinan perusahaan akan menyesuaikan investasi dan strategi pasokannya, sehingga memperkecil peluang untuk kembali ke sistem perdagangan bebas sebelumnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: