Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        AAJI Ingatkan Budaya FOMO Bisa Ganggu Stabilitas Finansial Anak Muda

        AAJI Ingatkan Budaya FOMO Bisa Ganggu Stabilitas Finansial Anak Muda Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyoroti budaya Fear of Missing Out (FOMO) yang kian memengaruhi perilaku konsumtif generasi muda.

        Adanya fenomena ini menjadi perhatian dalam acara SmartFin Day 2025 yang digelar di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Jumat (15/8), dihadiri sekitar 1.500 mahasiswa.

        Baca Juga: Laba Bersih Asuransi Ramayana Tembus Rp26,47 Miliar di Semester Pertama

        Ketua AAJI, Budi Tampubolon menyatakan, anak muda menghadapi tantangan finansial yang semakin kompleks, mulai dari kebutuhan pendidikan hingga pengaruh tren belanja digital. 

        “Budaya FOMO sering membuat mereka mengeluarkan uang tanpa perencanaan. Melalui SmartFin Day, kami ingin memberikan literasi keuangan agar generasi muda lebih bijak mengatur pengeluaran,” katanya.

        Dalam sesi diskusi, Karin Zulkarnaen, Chief Customer & Marketing Officer Prudential Indonesia, menegaskan bahwa disiplin finansial berawal dari tujuan yang jelas dan perencanaan anggaran konsisten.

        Ia memperkenalkan metode 40-30-20-10: 40% untuk kebutuhan pokok, 30% pembayaran utang, 20% dana darurat atau investasi, dan 10% untuk donasi.

        “Asuransi berperan penting untuk melindungi dari risiko tak terduga dan membantu mencapai tujuan keuangan jangka panjang,” ujarnya.

        Sementara itu, Atria Rai, Chief Communications Officer AXA Mandiri Financial Services, menilai batas antara kebutuhan dan keinginan semakin kabur di era e-commerce. Ia mendorong mahasiswa menilai pembelian secara kritis, memastikan sesuai dengan prioritas hidup.

        “Fondasi keuangan yang sehat harus dimulai dari proteksi, tabungan darurat, dan pengelolaan utang. Investasi baru bisa dilakukan setelah dasar ini terpenuhi,” jelasnya.

        Di sisi lain, Raditya Dika, penulis sekaligus content creator, menambahkan perspektif berbeda. Ia menekankan pentingnya kesadaran diri dalam mengelola uang, termasuk memahami opportunity cost atau potensi keuntungan yang hilang ketika salah mengambil keputusan finansial.

        “Jangan salahkan keadaan ketika keuangan bermasalah. Kejujuran pada diri sendiri adalah langkah awal memperbaikinya,” kata Raditya.

        Selain itu, ia juga berbagi tips praktis seperti menunda pembelian 24 jam untuk menilai urgensinya, menilai barang berdasarkan usaha untuk mendapatkannya, serta memastikan dana darurat dan proteksi ada sebelum berinvestasi. Menurutnya, investasi terbaik sering kali justru pada keterampilan, bukan hanya uang.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Azka Elfriza
        Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

        Bagikan Artikel: