Kredit Foto: (KAI)
Transformasi digital yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dinilai mampu meningkatkan efisiensi, memperkuat aksesibilitas pengguna, serta memberi kontribusi positif bagi perekonomian nasional.
Pengamat BUMN sekaligus Managing Director Lembaga Manajemen FEB UI, Toto Pranoto, mengatakan digitalisasi KAI membuat layanan transportasi kereta semakin praktis dan nyaman bagi masyarakat.
“Kalau segi digitalisasi sebetulnya bisa langsung dirasakan masyarakat. Misalnya kalau kita akan melakukan perjalanan menggunakan kereta api, pemesanan tiket kereta api, fasilitas pemanfaatannya semuanya sudah serba digital,” ujarnya, Rabu (3/9/2025).
Toto menilai, digitalisasi tidak hanya mengoptimalkan pelayanan penumpang, tetapi juga memperkuat efisiensi operasional. Proses perjalanan lebih cepat karena antrean berkurang, sementara tenaga kerja dapat dialihkan ke bidang strategis lain.
Inovasi layanan seperti face recognition di gate stasiun, aplikasi Access by KAI, hingga kemudahan pemesanan daring disebut sebagai bukti keberhasilan transformasi tersebut.
Baca Juga: Terapkan Face Recognition, KAI Permudah Akses Penumpang Naik Kereta
Ia juga menyoroti modernisasi transportasi lewat kehadiran Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) dan LRT Jabodebek. Kedua moda baru ini dianggap mencerminkan komitmen pemerintah terhadap infrastruktur transportasi massal yang efisien dan ramah lingkungan.
Sementara inovasi Kereta Luar Biasa (KLB) seperti Panoramic dan Suite Class Compartment dinilai memiliki nilai tambah karena menarik minat wisatawan dan mendukung pariwisata.
“Segmen kereta panoramik punya penggemar khusus dengan daya beli cukup, sehingga berpotensi menjadi sumber pendapatan premium berkelanjutan,” kata Toto.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, menambahkan transformasi digital dan inovasi layanan terbukti memperkuat ketahanan bisnis perusahaan.
Ia mencontohkan, meski terdampak pandemi COVID-19, KAI tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan berhasil mencatat pendapatan Rp35,9 triliun pada 2024. Angka ini melampaui capaian sebelum pandemi, yakni Rp22,6 triliun pada 2019.
Baca Juga: KAI Rombak Jajaran Direksi dan Komisaris, Ini Susunan Terbarunya!
Menurut Anne, tonggak transformasi besar terlihat dari beroperasinya dua proyek strategis nasional, yaitu Whoosh dan LRT Jabodebek, yang kini melayani ratusan ribu penumpang setiap hari.
“Digitalisasi layanan melalui aplikasi Access by KAI, boarding face recognition, serta fitur ramah lingkungan telah menghadirkan ekosistem transportasi inklusif, adaptif, dan mendukung pengurangan jejak karbon,” jelasnya.
KAI juga melakukan penguatan sarana, termasuk peremajaan 438 kereta pada 2017, pengadaan 612 kereta new generation pada 2023, serta inovasi Panoramic, Luxury, dan Compartment Suite hasil produksi dalam negeri. Kinerja layanan turut tercermin dari peningkatan On-Time Performance (OTP). Pada 2024, OTP keberangkatan tercatat 99,77 persen dan kedatangan 96,05 persen.
Anne menambahkan, percepatan waktu tempuh menjadi pencapaian lain yang dirasakan langsung masyarakat. Perjalanan Jakarta–Yogyakarta kini hanya enam jam, sementara Jakarta–Surabaya dapat ditempuh tujuh jam 45 menit. Efisiensi ini mendukung mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi.
Ia menegaskan, kombinasi ketangguhan bisnis, inovasi berkelanjutan, digitalisasi layanan, serta orientasi pada dekarbonisasi menjadikan KAI sebagai pelopor transformasi transportasi publik di Indonesia.
“Dengan hadirnya moda baru Whoosh dan LRT, KAI memperkuat posisinya sebagai penyedia layanan transportasi modern, efisien, terintegrasi, dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: