Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Minim Utang Valas, BDKR Kebal Devaluasi Rupiah dan Fokus Tekan Biaya Operasional

        Minim Utang Valas, BDKR Kebal Devaluasi Rupiah dan Fokus Tekan Biaya Operasional Kredit Foto: Uswah Hasanah
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Berdikari Pondasi Tbk. (BDKR) menegaskan ketahanan finansialnya di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah. 

        Emiten konstruksi fondasi ini menyebut dampak devaluasi rupiah tidak signifikan terhadap kinerja perseroan karena mayoritas utang berbasis rupiah. 

        Di sisi lain, perusahaan juga menjaga profitabilitas melalui strategi efisiensi operasional.

        Direktur Operasional BDKR, Tan Fransiscus, menjelaskan bahwa utang dalam denominasi valuta asing hanya tercatat Rp2,7 miliar per kuartal II-2025. Jumlah tersebut relatif kecil dibandingkan total liabilitas perusahaan. 

        “Strategi kami sejak awal adalah mengakuisisi peralatan dengan transaksi rupiah, sehingga gejolak kurs tidak memberi efek berarti terhadap kesehatan keuangan,” kata Fransiscus dalam Public Expose Live 2025, Selasa (9/9/2025).

        Langkah ini membuat BDKR mampu mengendalikan risiko keuangan di tengah tren pelemahan rupiah yang memicu beban berat bagi banyak emiten berbasis impor. 

        Selain itu, perseroan juga menunjukkan kemampuan membayar kewajiban tepat waktu tanpa tambahan pinjaman bank, dengan liabilitas turun dari Rp572 miliar pada akhir 2024 menjadi Rp435 miliar di kuartal II-2025.

        Meski menghadapi penurunan pendapatan, manajemen berhasil menjaga arus kas dengan menekan sejumlah pos biaya. 

        Pendapatan BDKR pada kuartal II-2025 tercatat Rp199 miliar, lebih rendah dari Rp248 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Laba bersih terkoreksi dari Rp29 miliar menjadi Rp9 miliar akibat keterlambatan proyek.

        “Kami melakukan efisiensi pada komponen biaya terbesar, seperti gaji dan bahan bakar. Upaya ini menjaga profitabilitas meski proyek mengalami penundaan,” ujar Fransiscus.

        Perseroan juga melanjutkan langkah digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi operasional, termasuk dalam pengelolaan transportasi dan perawatan alat berat. Dengan demikian, keputusan bisnis dapat diambil lebih cepat dan tepat.

        Menurut Frans, strategi konservatif yang dipadukan dengan pengendalian biaya akan menjadi penopang kinerja hingga akhir 2025. 

        BDKR berharap efisiensi dan ketahanan struktur keuangan bisa menjaga daya saing, sembari menunggu percepatan realisasi proyek konstruksi nasional pada 2026.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: