Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bursa Asia Melonjak, China Putuskan Tahan Suku Bunga

        Bursa Asia Melonjak, China Putuskan Tahan Suku Bunga Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Mayoritas Bursa Asia bergerak naik pada perdagangan di Senin (22/9). Investor mencermati keputusan moneter dari sejumlah negara hingga kesepakatan dagang dari China dan Amerika Serikat (AS).

        Dilansir Selasa (23/9), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Bursa China berakhir mixed menyusul pengumuman kesepakatan dari Beijing-Washington:

        • Hang Seng (Hong Kong): Turun 0,76% ke 26.344,14
        • CSI 300 (China): Naik 0,46% ke 4.522,61
        • Shanghai Composite (China): Naik 0,22% ke 3.828,58
        • Nikkei 225 (Jepang): Naik 0,99% ke 45.493,66
        • Topix (Jepang): Naik 0,49% ke 3.163,17
        • Kospi (Korea Selatan): Naik 0,68% ke 3.468,65
        • Kosdaq (Korea Selatan): Naik 1,30% ke 874,36

        Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping baru-baru ini melakukan pembicaraan via telepon dan dikabarkan menyetujui kesepakatan terkait aplikasi media sosial dari TikTok.

        China dalam hal ini mengatakan bahwa pihaknya menghormati keputusan bisnis perusahaan, dan berharap negosiasi dilakukan berdasarkan aturan pasar, hukum yang berlaku, serta prinsip non-diskriminatif. 

        Adapun Bank Sentral China (PBOC) mempertahankan suku bunga acuan pinjaman utamanya dari One Year Loan Prime Rate (LPR) di 3%. Sementara Five Year Loan Prime Rate (LPR) tetap di 3,5%

        Keputusan itu dinilai mencerminkan sikap hati-hati bank sentral serta upaya mempertahankan kondisi kredit dan mendukung perdagangan regional dari China.

        Baca Juga: Free Float Barito Renewables Bertambah, Green Era Lepas 39,6 Juta Saham

        Keputusan penahanan suku bunga itu sendiri diambil di tengah data ekonomi terbaru yang menunjukkan potensi perlambatan aktivitas domestik, memperkuat ekspektasi bahwa kebijakan moneter akan tetap akomodatif di Beijing.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: