Kapitalisasi Kripto Susut 3%, Indodax: Strategi Beli Bertahap Jadi Kunci
Kredit Foto: Indodax
Pasar aset kripto kembali goyah pada akhir pekan, dengan total likuidasi posisi perdagangan menembus US$1,13 miliar atau sekitar Rp19 triliun dalam 24 jam terakhir. Mayoritas berasal dari posisi long, menandakan optimisme investor justru berbalik menjadi kerugian akibat tekanan harga.
Data CoinGlass menunjukkan, likuidasi long mencapai US$1,01 miliar, dengan Ethereum (ETH) dan Bitcoin (BTC) sebagai penyumbang terbesar, masing-masing US$365 juta dan US$262 juta. Harga BTC sempat tergelincir 2% ke bawah US$109.400, sementara ETH melemah ke level US$3.900.
Aset kripto lain pun tak luput seperti Dogecoin (DOGE) turun lebih dari 4%, XRP terkoreksi 4%, dan Solana (SOL) ambles 5%. Dampaknya, kapitalisasi pasar kripto susut hampir 3% menjadi US$3,7 triliun.
Baca Juga: Kripto Masih Loyo, Harga Bitcoin Kesulitan Tembus US$110.000
Vice President INDODAX Antony Kusuma menyebut, likuidasi besar-besaran bukan hanya risiko, melainkan peluang bagi investor jangka panjang.
“Volatilitas saat ini memang tinggi, namun investor dapat memanfaatkan kondisi ini untuk melakukan akumulasi strategis, terutama bagi yang berfokus pada investasi kripto jangka panjang,” ujarnya, Minggu (28/9/2025).
Antony menambahkan, data on-chain menunjukkan cadangan BTC di bursa turun ke 2,4 juta BTC, level terendah tahun ini. Hal ini menurutnya menandakan kepercayaan investor jangka panjang masih terjaga. “Tekanan jual memang besar, tetapi dukungan institusional dan regulasi yang jelas memberikan fondasi kuat bagi pertumbuhan jangka panjang pasar kripto,” tegasnya.
Baca Juga: INDODAX Nilai Siklus Pemangkasan Bunga Jadi Katalis Bitcoin
Ia menilai, koreksi pasca-pemangkasan suku bunga Federal Reserve merupakan fenomena normal, dan pasar biasanya akan memasuki fase konsolidasi sebelum pertumbuhan baru. “Peluang jangka menengah tetap terbuka, dengan potensi BTC mencapai US$125.000 jika sentimen institusional kembali menguat,” katanya.
Antony juga menekankan pentingnya diversifikasi portofolio dan disiplin manajemen risiko. Menurutnya, strategi beli bertahap (dollar cost averaging/DCA) bisa menjadi cara efektif menghadapi fluktuasi harga. “Investor yang fokus pada strategi jangka panjang dapat melihat volatilitas ini sebagai peluang, bukan sekadar risiko,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: