Kredit Foto: Kliring Berjangka Indonesia
Harga bitcoin mengakhiri pekan terburuk ketiga tahun ini dengan penurunan lebih dari 5% di Minggu (28/9). Ia masih kesulitan dan gagal menembus level US$110.000.
Kinerja tersebut sejalan dengan reputasi periode ini sebagai salah satu musim terlemah dalam setahun, namun sejumlah katalis turut memperburuk tekanan pasar. Salah satunya adalah jatuh tempo opsi senilai US$17 Miliar.
Baca Juga: Dongkrak Regulasi, Australia Bakal Wajibkan Perusahaan Kripto Miliki Lisensi
Adapun max pain price yang mana merupakan harga di mana pemegang opsi mengalami kerugian terbesar dan penulis opsi meraih keuntungan terbanyak, berada di US$110.000.
Faktor teknikal juga menambah tekanan. Biaya dasar pemegang jangka pendek (short-term holder cost basis) berada dekat level yang sama dengan max pain price. Hal tersebut mencerminkan harga rata-rata perolehan on-chain untuk koin yang berpindah dalam enam bulan terakhir.
Analis Caleb Franzen menyoroti bahwa bitcoin telah turun di bawah exponential moving average (EMA) seratus hari, dengan untuk level dua ratus hari berada di US$106.186.
Untuk menjaga tren naik jangka menengah, bitcoin perlu bertahan di atas level titik terendah signifikan sebelumnya tercatat di US$107.252 di 1 September.
Baca Juga: The Fed Longgarkan Bunga, Ini Alasan Aset Kripto Tetap Volatil
Secara keseluruhan, pasar kini mengamati apakah bitcoin dapat mempertahankan tren naik dengan pola higher highs dan higher lows, yang menjadi indikasi keberlanjutan reli jangka panjang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement