- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Meski Obligasi Syariah Tengah Naik Daun, Fund Manager Pilih Sikap Konservatif di Akhir 2025
Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Obligasi syariah diperkirakan tetap menjadi instrumen yang paling diminati investor pada kuartal IV 2025, diikuti Surat Berharga Negara (SBN). Namun, manajer investasi cenderung mengambil sikap konservatif dengan memperbesar porsi kas sambil menunggu momentum kenaikan yield sebelum melakukan pembelian baru.
Analis Pasar Modal Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), Salvian Fernando, menuturkan permintaan obligasi syariah terus tinggi lantaran pasokan terbatas.
“Demand-nya biasanya selalu paling tinggi karena supply terbatas. Setelah itu SBN juga masih sangat diminati,” ujar Salvian, Selasa (30/9/2025).
Baca Juga: KISI AM Optimistis Pasar Obligasi Masih Punya Ruang Tumbuh
Ia mencontohkan, pada penerbitan terakhir SBN, permintaan hampir mencapai Rp100 triliun, sementara yang dimenangkan hanya sekitar Rp33 triliun. Kondisi tersebut dinilai akan berlanjut hingga akhir tahun, sehingga instrumen pemerintah tetap menjadi pilihan utama.
Di sisi lain, prospek obligasi korporasi dinilai terbatas menjelang penutupan tahun. Salvian menjelaskan, pipeline penerbitan korporasi cenderung mengecil karena biaya dana (cost of fund) sudah rendah, sehingga kebutuhan penerbitan baru tidak besar.
Meski demand tinggi, ia menekankan para fund manager tidak lagi agresif menambah portofolio.
“Banyak pelaku pasar sudah menyiapkan kas sejak awal tahun, jadi saat ini lebih berhati-hati. Strateginya menunggu bola, kalau yield rising baru mereka masuk lagi,” katanya.
Baca Juga: Obligasi Pemerintah Jadi Opsi Aman di Tengah Maraknya Investasi Bodong
Menurut Salvian, kondisi pasar saat ini berada di level yield yang cukup nyaman. Namun, ketidakpastian global, mulai dari kebijakan suku bunga The Fed, deadline fiskal Amerika Serikat pada November, hingga potensi tensi geopolitik, membuat manajer investasi memilih strategi konservatif.
Dengan demikian, investor ritel maupun institusi disarankan tetap selektif dalam mengelola portofolio akhir tahun.
“Strategi hold atau menambah secara bertahap pada obligasi pemerintah dan syariah masih relevan, sambil memperhatikan momentum pasar,” tutur Salvian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: