- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
TBS Energi Utama (TOBA) Siapkan Investasi Hijau Besar-besaran Pasca Divestasi PLTU
Kredit Foto: TBS
PT TBS Energi Utama Tbk (TBS) memperkuat langkah transformasi menuju bisnis hijau dengan memasuki tahap konsolidasi dan penguatan operasional setelah menyelesaikan divestasi dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Langkah ini menjadi bagian dari upaya perusahaan membangun fondasi bisnis berkelanjutan yang lebih solid, efisien, dan resilien di tengah transisi energi global.
Sepanjang sembilan bulan pertama 2025, TBS mencatat pendapatan konsolidasian sebesar US$288,2 juta, turun 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya akibat fluktuasi harga batu bara. Meski demikian, segmen pengelolaan limbah justru tumbuh pesat dan kini menjadi kontributor terbesar terhadap pendapatan, menyumbang 39 persen dari total dengan lonjakan 1.048 persen dibandingkan tahun lalu.
Kinerja keuangan tahun ini juga dipengaruhi oleh rugi non-tunai satu kali (non-recurring) yang muncul dari transaksi divestasi PLTU dan akuisisi bisnis hijau. Tanpa memperhitungkan dampak tersebut serta pelemahan harga batu bara, TBS mencatat laba bersih sekitar US$1,8 juta dengan adjusted EBITDA sebesar US$31,8 juta, mencerminkan efisiensi operasional dan kemajuan nyata dari transformasi hijau perusahaan.
Baca Juga: PTPP Dorong Pembangunan Rendah Emisi Lewat Teknologi Hijau
TBS menutup kuartal III 2025 dengan posisi kas kuat sebesar US$89 juta, meningkat dari US$68 juta di akhir 2024. Peningkatan ini ditopang oleh hasil divestasi dan penerbitan Sukuk Wakalah serta Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2025. Struktur keuangan yang sehat menjadi modal penting bagi TBS untuk memperluas pilar-pilar bisnis hijau di tahun-tahun mendatang.
Salah satu tonggak strategis pada semester II 2025 adalah peluncuran identitas baru CORA Environment, menggantikan Sembcorp Environment di Singapura. Melalui CORA, TBS memperluas kapabilitas waste-to-energy regional dan mempercepat transfer teknologi ke Indonesia. CORA kini didukung lebih dari 700 karyawan dan 300 armada operasional, menjalankan pengumpulan, daur ulang, insinerasi, serta pemulihan sumber daya berbasis digital.
Dalam lima tahun ke depan, CORA menyiapkan investasi lebih dari S$200 juta untuk memperkuat jaringan pengelolaan limbah dan membangun infrastruktur recycling baru yang ditargetkan rampung pada 2026.
Bisnis pengelolaan limbah yang dirintis sejak 2018 kini menjadi pilar utama TBS. Keberhasilan ekspansi ke Singapura membuka peluang bagi perusahaan untuk memperluas operasi ke Thailand, Vietnam, dan Malaysia. TBS menargetkan menjadi pemain regional di sektor pengelolaan limbah dan energi bersih, memperkuat posisi Indonesia dalam peta transisi energi Asia Tenggara.
Baca Juga: BPI Danantara Dapat Mandat Kawal Proyek Pengolahan Sampah Jadi Energi
Selain pengelolaan limbah, TBS melalui Electrum terus memperkuat ekosistem kendaraan listrik nasional. Hingga September 2025, sebanyak 6.400 motor listrik telah beroperasi dengan dukungan lebih dari 360 battery swap station(BSS). Aktivitas penukaran baterai mencapai lebih dari 850 ribu kali per bulan, menekan emisi karbon lebih dari 25 ton CO₂ per hari dan meningkatkan efisiensi operasional bagi mitra pengemudi.
Pada sektor energi terbarukan, Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH) Sumber Jaya berkapasitas 6 MW yang beroperasi awal 2025 telah memberikan kontribusi stabil terhadap bauran energi bersih perusahaan. Sementara proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Tembesi di Batam yang digarap bersama PLN Nusantara Power mencatat kemajuan signifikan dan ditargetkan beroperasi secara komersial pertengahan 2026.
Direktur TBS Energi Utama Tbk, Juli Oktarina, menyampaikan bahwa 2025 menjadi momentum penguatan operasional di seluruh pilar bisnis hijau. “Kami telah menuntaskan fase transformasi dan kini fokus pada penguatan operasional di seluruh pilar hijau. Dengan kas yang kuat, struktur keuangan yang sehat, dan arah strategi yang jelas, TBS siap melangkah ke fase optimalisasi profitabilitas dan sinergi antar pilar pada 2026,” ujarnya.
Juli menegaskan ketahanan kinerja TBS tetap terjaga meski di tengah volatilitas harga batu bara.
“EBITDA kami tetap kuat, terutama berkat kontribusi segmen pengelolaan limbah dan kendaraan listrik. Ini menunjukkan bahwa portofolio hijau TBS tidak hanya tumbuh, tetapi juga semakin matang secara operasional,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: