Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Indonesia Peringkat 3 Dunia Negara Paling Rawan Bencana, 124 Juta Jiwa Terdampak Setiap Tahun

        Indonesia Peringkat 3 Dunia Negara Paling Rawan Bencana, 124 Juta Jiwa Terdampak Setiap Tahun Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Indonesia kembali menempati posisi ketiga dunia sebagai negara dengan tingkat kerawanan bencana alam tertinggi. Fakta ini diungkapkan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dalam Apel Gelar Pasukan Siaga Tanggap Bencana Polda Jabar 2025 yang digelar di Bandung, Rabu (5/11/2025).

        “Berdasarkan survei indeks tahun 2025, Indonesia berada di peringkat tiga negara dengan potensi bencana alam tertinggi di dunia. Kondisi geografis kita yang berada di kawasan Ring of Fire menjadikan Indonesia memiliki karakteristik bencana yang kompleks dan tingkat kerentanan yang relatif tinggi,” ungkap Dedi Mulyadi.

        Menurut laporan United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR), lebih dari 124 juta jiwa di dunia terdampak bencana setiap tahun, termasuk di Indonesia yang menghadapi berbagai ancaman alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, hingga erupsi gunung berapi.

        Baca Juga: Dedi Mulyadi Gulirkan Kompensasi Rp9 Juta per Kepala Keluarga Terdampak Tambang, Tegaskan Keadilan Ekonomi di Jawa Barat

        Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga 19 Oktober 2025 telah terjadi 2.606 bencana alam di seluruh Indonesia. Rinciannya, antara lain; 1.289 banjir, 544 cuaca ekstrem, 511 kebakaran hutan dan lahan, 189 tanah longsor, 22 gempa bumi, dan 4 erupsi gunung berapi.

        Akibat bencana tersebut, 361 orang meninggal dunia, 37 orang hilang, 615 orang luka-luka, dan lebih dari 5,4 juta orang mengungsi. Selain itu, 31.496 rumah dan 887 fasilitas umum mengalami kerusakan.

        “Dampak bencana tidak hanya menimbulkan kerugian material dan korban jiwa, tapi juga meninggalkan trauma sosial yang mendalam. Karena itu, kita butuh langkah strategis yang komprehensif, responsif, dan berkesinambungan,” tegas Dedi.

        Sementara itu, BMKG melaporkan bahwa 23,8 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan, dengan puncak diperkirakan terjadi antara November 2025 hingga Januari 2026.

        Peningkatan curah hujan ini berpotensi memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, angin puting beliung, hingga gelombang tinggi di berbagai wilayah, mulai dari Aceh hingga Papua.

        BMKG juga memprediksi fenomena La Niña kategori lemah akan berlangsung November 2025 hingga Februari 2026, yang dapat meningkatkan intensitas hujan di wilayah selatan Indonesia seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi bagian selatan.

        Menghadapi potensi bencana yang meningkat, KDM sapaan Gubernur Jabar menegaskan bahwa kecepatan dan ketepatan respon menjadi kunci utama dalam penanganan darurat bencana.

        “Seluruh elemen bangsa, mulai dari TNI, Polri, BNPB, BMKG, Basarnas, pemerintah daerah hingga masyarakat harus bersatu dan siap bergerak cepat. Dengan sinergi dan koordinasi yang kuat, kita dapat menekan dampak bencana dan melindungi masyarakat,” jelasnya

        KDM juga menyampaikan delapan penekanan penting bagi seluruh pihak yang terlibat:

        1. Lakukan deteksi dini dan pemetaan wilayah rawan bencana secara berkelanjutan.

        2. Berikan informasi dan imbauan Kamtibmas terkait potensi ancaman bencana.

        3. Pastikan kesiapan personel dan sarana prasarana evakuasi, logistik, dan kendaraan operasional.

        4. Simulasikan tanggap darurat bencana secara rutin untuk melatih kesiapsiagaan.

        5. Utamakan kecepatan dan ketepatan respon dalam evakuasi, penyaluran bantuan, dan rehabilitasi sosial ekonomi.

        6. Laksanakan tugas kemanusiaan dengan empati, profesionalitas, dan humanisme.

        7. Pastikan seluruh kegiatan sesuai prosedur dan terus dievaluasi untuk meningkatkan ketangguhan.

        8. Perkuat koordinasi dan sinergitas lintas sektor agar penanggulangan bencana berjalan terpadu dan tepat sasaran.

        Baca Juga: Dedi Mulyadi Koreksi Pajak Air dan Tambang, Desa Penghasil Harus Nikmati Hasilnya, Bukan Cuma Jadi Penonton

        Gubernur Jabar pun mengutip arahan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dalam Sidang Kabinet Paripurna, 20 Oktober 2025:

        "Kita diberi kekuasaan oleh rakyat untuk melindungi rakyat dari semua bahaya, termasuk bencana. Ini bukan sekadar tanggung jawab, melainkan panggilan moral dan bentuk pengabdian terhadap kemanusiaan.”katanya

        Menutup amanatnya, KDM menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh personel yang berpartisipasi dalam apel siaga.

        “Mari kita jalankan amanah ini dengan semangat, keikhlasan, dan tanggung jawab. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melindungi dan memberi kekuatan dalam pengabdian terbaik bagi bangsa dan negara,” pungkasnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: