Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ekonomi RI Dinilai Tangguh Hadapi Gejolak Global?

        Ekonomi RI Dinilai Tangguh Hadapi Gejolak Global? Kredit Foto: Azka Elfriza
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ekonom dan Kepala Divisi Riset Ekonomi PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), Martin D. Siyaranamual, menilai bahwa perekonomian Indonesia memiliki ketahanan yang cukup kuat untuk menghadapi gejolak global dalam empat hingga lima tahun mendatang. 

        Adanya ketahanan itu tercermin dari stabilitas pertumbuhan, inflasi, dan pasar keuangan yang tetap terjaga di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.

        Pada kuartal III-2025, pertumbuhan ekonomi nasional tercatat 5,04%. Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp6.060,0 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2010 sebesar Rp3.444,8 triliun. 

        Ia menyampaikan bahwa capaian tersebut menandakan kondisi makroekonomi Indonesia masih solid. 

        “Artinya gini, bicaranya adalah bahwa dari sektor pertumbuhan ekonomi Indonesia kita masih kuat, dari inflasi kita terjaga walaupun ada PR di produk makanan, dari sisi pasar keuangan juga terjaga sebetulnya. Jadi stabilitas sektor keuangan masih bisa dipertahankan,” ujarnya, Rabu (19/11/2025).

        Baca Juga: Ekonomi 8% Bisa Dicapai Jika Ekonomi Desa Bergerak Cepat

        Pada momen yang sama, ia juga mengatkan bahwa proyeksi pertumbuhan Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata global.

        Ketahanan tersebut, kata Martin, bukan hanya fenomena nasional, melainkan bagian dari kecenderungan negara-negara berkembang yang lebih tangguh menghadapi tekanan global ketimbang negara maju. 

        “Karena memang mayoritas negara-negara berkembang punya kapasitas, punya kemampuan dan ketangguhan untuk menghadapi gejolak di 4 hingga 5 tahun ke depan nanti,” katanya.

        Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,04% di Kuartal III, Purbaya ungkap Berkat Sinergi Fiskal

        Martin menyoroti bahwa koordinasi kebijakan antara otoritas moneter dan fiskal kini semakin erat, hingga batas tanggung jawab keduanya kerap terlihat kabur karena kolaborasi yang berjalan baik. 

        Namun, ia mencatat bahwa pemulihan global belum menunjukkan perbaikan signifikan, sementara negara maju masih terdampak konsekuensi pandemi COVID-19.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Azka Elfriza
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: