Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Inflasi Nasional Stabil, tapi Papua Tertinggi dan Aceh Deflasi!

        Inflasi Nasional Stabil, tapi Papua Tertinggi dan Aceh Deflasi! Kredit Foto: Azka Elfriza
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Inflasi nasional pada November 2025 tercatat stabil meski menunjukkan variasi harga yang lebar antarprovinsi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi bulanan sebesar 0,17%, inflasi tahunan 2,72%, dan inflasi tahun kalender 2,27%. Data tersebut disampaikan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers di Jakarta.

        Papua menjadi provinsi dengan inflasi tertinggi yang mencapai 1,69%, sementara Aceh mencatat deflasi terdalam sebesar 0,67%. Pudji menjelaskan bahwa kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi pendorong utama inflasi bulanan dengan inflasi 1,21% dan andil 0,09%. “Komoditas dominan yang mendorong inflasi kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil 0,08%,” ujarnya.

        Baca Juga: BI Ungkap Inflasi November 2025 Tetap Terjaga

        Kenaikan harga emas perhiasan dipengaruhi tren kenaikan harga global sepanjang 2025 yang kemudian tersalurkan ke pasar domestik. Sebaliknya, sejumlah komoditas pangan justru mengalami penurunan harga sehingga menahan laju inflasi. BPS mencatat daging ayam ras, beras, dan cabai merah berada dalam kondisi deflasi, disusul penurunan harga telur ayam dan kentang dengan kontribusi kecil terhadap inflasi.

        Baca Juga: Masih Terkendali, Tiket Pesawat Picu Inflasi November di Kepri

        Dari sisi komponennya, inflasi inti masih menjadi penyumbang terbesar inflasi November. Komponen harga yang diatur pemerintah juga mencatat kenaikan, terutama pada tarif angkutan udara. Pada saat yang sama, BPS melaporkan penurunan harga beras di seluruh rantai pasok. Harga beras di tingkat penggilingan turun 0,88%, di tingkat grosir 0,93%, dan di tingkat eceran 0,59% dibandingkan bulan sebelumnya.

        Pudji menegaskan bahwa penurunan harga beras selama dua bulan terakhir menunjukkan stabilitas pasokan dan distribusi pangan. Kondisi ini membantu menjaga inflasi nasional tetap berada dalam kisaran sasaran dan menjadi penyeimbang kenaikan harga komoditas nonpangan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Azka Elfriza
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: