Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Prospek UMKM 2025 Positif, Persaingan Masih Ketat?

        Prospek UMKM 2025 Positif, Persaingan Masih Ketat? Kredit Foto: Azka Elfriza
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Prospek UMKM pada 2025 menunjukkan perbaikan, meski pelaku usaha masih menghadapi tantangan struktural yang berbeda-beda di tiap sektor.

        Head of Mandiri Institute, Andre Simangunsong, menyampaikan hasil Mandiri Business Survey yang dilakukan terhadap lebih dari 1.100 pelaku UKM di seluruh Indonesia. Menurutnya, kondisi omzet UKM membaik dibanding tahun sebelumnya.

        “Jumlah UKM itu yang omzet yang meningkat itu memang lebih banyak. Sekitar 48% atau hampir setengahnya dibandingkan dengan 34% tahun lalu,” ujar Andre pada agenda Mandiiri Economic Outlook Q4 2025, Kamis (4/12/2025).

        Baca Juga: Dorong UMKM Naik Kelas, Masyarakat Harus Utamakan Produk Lokal

        Namun, ia menegaskan bahwa perbaikan tersebut belum merata baik secara sektoral maupun geografis.

        Lanjur, Andre merinci bahwa perdagangan dan jasa menjadi sektor dengan peningkatan omzet terbesar, sementara sektor pertanian dan industri pengolahan mencatat pertumbuhan yang lebih terbatas.

        Pada saat yang sama, sebagian pelaku usaha masih mencatat penurunan omzet, “Yang menurun, sekitar 15%, itu turunnya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan 2024.”

        Ia memaparkan, tantangan utama UKM pada 2025 terdiri dari tiga aspek yakni persaingan, daya beli, dan kenaikan harga.

        “Kita mapping tiga tantangan usaha yang dialami oleh UKM itu ada tiga sebenarnya. Satu yang kaitan dengan persaingan usaha, kedua adalah daya beli, dan ketiga adalah kenaikan harga input atau harga bahan baku,” jelasnya.

        Baca Juga: Menteri UMKM Berkomitmen Selamatkan Pengusaha Thrifting Usai Larangan Impor

        Persaingan paling berat, kata Andre, dialami sektor pengangkutan dan pergudangan, sementara tekanan daya beli lebih dirasakan pelaku usaha makanan, minuman, dan perdagangan.

        Selain itu, sektor industri dan pertanian juga banyak menghadapi kenaikan biaya bahan baku sehingga sebagian pelaku usaha harus menyesuaikan harga demi menjaga margin.

        Andre menambahkan bahwa perkembangan penyaluran kredit UKM masih menjadi perhatian, mengingat tren pertumbuhan yang stagnan. 

        Bahkan, kredit UKM bahkan sempat mengalami kontraksi kecil pada Oktober. Fenomena ini membuat sebagian pelaku usaha kesulitan memperluas usaha meski permintaan membaik.

        Namun demikian, survei menunjukkan optimisme pelaku UKM terhadap kondisi ekonomi tahun depan.

        “UKM ini cukup optimis dengan prospek ekonomi Indonesia di 2025 dan di 2026,” kata Andre.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Azka Elfriza
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: