Kredit Foto: KITB
Indonesia melihat peluang besar memperluas ekspor ke Amerika Serikat di tengah menurunnya suplai produk dari China akibat tensi dagang dan pembatasan perdagangan global. Permintaan AS,khususnya untuk produk elektronik meningkat dan membuka ruang bagi Indonesia memperkuat basis produksi dalam beberapa tahun ke depan.
Data Bank Mandiri mencatat pangsa pasar elektronik Indonesia di AS naik dari 0,5% menjadi 1,5%. Meski kenaikannya signifikan, posisi Indonesia masih jauh di bawah potensi pasar yang mencapai USD 485 miliar.
Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani, menilai momentum tersebut dapat dimaksimalkan untuk mendorong relokasi manufaktur dari China ke Indonesia.
“Dengan memperbesar kapasitas produksi dan hilirisasi produk, Indonesia memiliki peluang menggantikan China sebagai supplier di pasar Amerika,” ujar Dendi, dikutip Jumat (5/12/2025).
Baca Juga: Luhut Buka Fakta di Balik Investasi China di Indonesia
Selain elektronik, sejumlah komoditas manufaktur lain seperti plywood, furniture, dan garmen dinilai membuka ruang ekspor baru. Namun, pemulihan permintaan masih bervariasi di tiap segmen. Dendi menegaskan bahwa penguatan ekspor membutuhkan perluasan kapasitas industri, kelanjutan hilirisasi, serta pengetatan pengawasan atas impor ilegal yang selama ini menekan daya saing produsen nasional.
Bank Mandiri menilai sektor manufaktur berorientasi ekspor berpeluang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat. Kinerja positif ke pasar Amerika dinilai dapat menarik investasi asing dan memperkuat rantai pasok industri domestik. Perubahan pola permintaan global juga disebut memberi kesempatan bagi Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap pasar dalam negeri.
Sebaliknya, industri yang mengandalkan konsumsi domestik masih menghadapi tekanan. Lemahnya daya beli dan derasnya produk ilegal membuat penjualan sejumlah sektor merosot, termasuk otomotif yang turun dua digit. “Untuk menjaga pertumbuhan, diperlukan kebijakan yang mampu memperkuat daya beli masyarakat sekaligus menciptakan kepastian ekonomi,” kata Dendi.
Baca Juga: Kebijakan China Bikin Ketar-ketir Pengusaha Eropa
Masuknya barang ilegal turut memperburuk tekanan. Produk tekstil dan garmen dari China serta barang elektronik dari Singapura dan Hong Kong yang masuk tanpa prosedur resmi mengganggu posisi produsen lokal. Dendi mendorong penegakan hukum lebih kuat agar industri domestik dapat bersaing secara adil.
Ia menambahkan, hilirisasi dan penguatan produksi dalam negeri tetap menjadi kunci menghadapi tantangan pasar. Dendi menekankan perlunya koordinasi antarlembaga dalam memperkuat pengawasan jalur masuk barang, menyempurnakan kebijakan fiskal dan moneter, dan memastikan industri lokal memiliki ruang tumbuh. Menurut Bank Mandiri, kebijakan yang tepat akan membantu sektor manufaktur memulihkan kinerja, menambah kapasitas produksi, dan menjaga kontribusi terhadap perekonomian nasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: