Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan tidak memiliki konflik kepentingan dalam pengembangan hilirisasi nikel, termasuk kerja sama besar dengan investor China di Morowali.
Pernyataan itu ia sampaikan untuk merespons kekhawatiran awal Presiden Joko Widodo mengenai potensi benturan kepentingan dalam penyusunan kebijakan hilirisasi.
Luhut menekankan bahwa selama menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, ia menjaga jarak dari aktivitas bisnis terkait sektor nikel. Seluruh keputusan, kata dia, dibuat berdasarkan kalkulasi ekonomi nasional.
“Selama menjabat, saya menjaga agar tidak ada konflik kepentingan. Saya tidak pernah terlibat dalam bisnis apa pun demi menjaga integritas dan memastikan kepentingan bangsa menjadi prioritas,” ujarnya, melalui keterangan tertulis di akun media sosialnya, Senin (1/12/2025).
Baca Juga: Luhut Pasang Badan Buat Jokowi Soal IMIP: 'Bawa Data ke Saya'
Ia menjelaskan gagasan hilirisasi telah ia pikirkan dua dekade lalu saat berada di Kementerian Perindustrian dan Perdagangan pada 2001. Fondasi kawasan industri, termasuk Morowali, menurutnya mulai disusun sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan berlanjut hingga pemerintahan Jokowi.
Namun menarik investor asing skala besar tidak mudah. Berdasarkan kajian yang ia lakukan, hanya China yang dinilai memiliki kesiapan teknologi dan pasar untuk hilirisasi nikel. Dengan restu Jokowi, Luhut kemudian melakukan pendekatan diplomatik kepada pejabat tinggi China, termasuk Perdana Menteri Li Qiang.
“Atas izin Presiden Joko Widodo, saya bertemu Perdana Menteri Li Qiang untuk menyampaikan permintaan Indonesia agar Tiongkok dapat berinvestasi,” katanya.
Luhut turut mengungkapkan bahwa Amerika Serikat tidak memiliki teknologi pengolahan nikel yang memadai. Penilaian itu, klaimnya, dikonfirmasi CEO Tesla Elon Musk dalam pertemuan keduanya.
Baca Juga: Purbaya Siap Kerahkan Petugas Bea Cukai Periksa Bandara IMIP Morowali
Hilirisasi dimulai dari penghentian ekspor ore nikel yang sebelumnya menghasilkan sekitar US$1,2 miliar per tahun. Kebijakan itu sempat dikhawatirkan akan menggerus penerimaan negara, namun Luhut meyakinkan bahwa dampak negatif hanya bersifat jangka pendek. Setelah mendapat persetujuan Jokowi, investasi China mengalir ke rantai industri dari pengolahan ore hingga produksi stainless steel, precursor, dan cathode.
Nilai ekspor sektor terkait hilirisasi mencapai US$34 miliar tahun lalu, dengan proyeksi meningkat menjadi US$36–38 miliar pada 2025. Luhut menegaskan setiap keputusan dibuat melalui proses terpadu dan transparan berdasarkan hitungan untung-rugi yang jelas.
“Dalam sebuah kerja sama, mustahil semua pihak menang; selalu ada proses give and take,” ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement