- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
RI Diam-diam Sudah Ekspor Solar di 2025, Dirjen Migas: Gak Sulit Cari Pasarnya
Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, mengungkapkan Indonesia sebenarnya sudah mulai melakukan aktivitas ekspor solar pada tahun 2025 ini. Langkah ini menjadi bagian dari strategi pengelolaan stok BBM nasional di tengah masa transisi peningkatan kapasitas kilang domestik.
Pemerintah menegaskan bahwa kelebihan pasokan solar di dalam negeri tidak menjadi kendala karena pasar internasional siap menyerap produk tersebut. Laode menyebutkan bahwa proses ekspor sudah berjalan untuk memenuhi kebutuhan pasar global.
"Kalau yang pertanyaan pertama tadi ke mana kita ekspor sebenarnya kita juga tahun 2025 ini ada mengekspor juga jadi tidak sulit kita untuk mengekspor," ujar Laode di Apresiasi Wartawan Energi, di Jakarta, Jumat (19/12/2025). Namun begitu Laode belum menjelaskan ke negara mana ekspor itu dilakukan.
Baca Juga: BPH Migas dan Pemda Aceh Terus Bersinergi, Stok dan Distribusi BBM di Banda Aceh Berangsur Pulih
Meski sudah mulai mengekspor, Laode mengakui bahwa secara total nasional, Indonesia belum sepenuhnya lepas dari ketergantungan pasokan luar negeri pada tahun berjalan ini. Ia meluruskan bahwa tahun 2025 masih menjadi tahun terakhir bagi aktivitas impor solar sebelum dihentikan total.
"Jadi yang bener tahun 2025 ini kita masih ada impor solar, tahun depan yang kita akan hentikan," ungkap Laode secara blak-blakan. Pemerintah menargetkan tahun 2026 sebagai titik balik kemandirian energi untuk komoditas diesel.
Untuk mendukung rencana ekspor yang lebih masif ke depan, pemerintah tengah fokus melakukan peningkatan kualitas produk dari standar CN48 ke CN51. Hal ini dilakukan agar solar produksi Indonesia lebih kompetitif dan memenuhi standar lingkungan internasional.
Laode menjelaskan alasan teknis di balik upaya peningkatan kualitas tersebut agar produk lebih mudah diterima di pasar dunia. "Kenapa kita perlu meng-convert ke CN51 karena CN51 itu lebih mudah untuk kita ekspor," tuturnya.
Baca Juga: Teknologi Migas Andal, Legislator Apresiasi Kinerja PHE
Menurutnya, standar produk CN48 yang ada saat ini masih memiliki batasan untuk dipasarkan ke banyak negara karena kandungan sulfurnya. "Kalau CN48 kan standarnya masih Euro 4 dengan sulfur content-nya masih tinggi masih di atas 2000 ppm jadi sulit untuk kita ekspor," jelas Laode.
Selain solar, pemerintah juga mencatat keberhasilan ekspor pada produk minyak berat lainnya yang dihasilkan oleh kilang-kilang di tanah air. "Kita sudah ada mengekspor juga produk-produk berat seperti LSFO, HSFO, High Sulfur Fuel Oil, Low Sulfur Fuel Oil sudah ada juga kita ekspor tahun 2025 ini," tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait: