Prasasti Sebut Tren Positif Sektor Ekonomi Kreatif Berpeluang Menjadi Mesin Baru Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Kredit Foto: Istimewa
Data Badan Pusat Statistik mencatat sektor ekonomi kreatif (ekraf) terus menunjukkan tren positif. Hingga November 2025, pertumbuhan PDB sektor ini mencapai 5,69% dengan kontribusi nilai ekspor sebesar US$12,89 miliar. Selain itu, sektor ekonomi kreatif juga telah menyerap tenaga kerja sebanyak 27,4 juta orang, yang menunjukkan peran pentingnya dalam struktur ketenagakerjaan nasional.
Performa tersebut dinilai sebagai indikator bahwa ekonomi kreatif berpotensi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional di masa depan. Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) mempertegas bahwa karakteristik budaya dan kreativitas yang luas menjadi modal dasar yang kuat. Sektor ini dianggap mampu memperkokoh fondasi transformasi ekonomi Indonesia dalam menghadapi periode pembangunan mendatang.
Board of Advisors Prasasti, Burhanuddin Abdullah, menjelaskan bahwa kekuatan utama ekonomi kreatif nasional terletak pada keunggulan struktural yang sulit ditiru oleh negara lain. Hal ini didorong oleh kekayaan budaya orisinal serta keberagaman kreativitas yang berkembang di tengah masyarakat. Identitas lokal tersebut dipandang sebagai aset strategis untuk meningkatkan daya saing ekonomi nasional secara global.
Baca Juga: Kemenekraf Dorong Ekonomi Kreatif Digital Lewat Ekraf Tech Summit
"Di saat banyak negara bertumpu pada efisiensi skala dan teknologi semata, ekonomi kreatifIndonesia justru menawarkan diferensiasi nilai yang kuat, berbasis identitas, narasi, dan inovasi lokal. Potensi ini menjadikan sektor ekonomi kreatif relevan membuka peluang ekonomi nasional dalam mencapai target pertumbuhan," ungkap Burhanuddin dalam kegiatan Prasasti Insights di Jakarta, Selasa (23/12/2025).
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, menegaskan bahwa ekonomi kreatif berperan strategis sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional yang harus dimulai dari penguatan daerah. Menurutnya, kekuatan ekonomi kreatif Indonesia bertumpu pada akar budaya yang berkembang di seluruh wilayah, bukan hanya di kota-kota besar. Dalam hal ini, Kementerian Ekraf berupaya memetakan tiap potensi subsektor unggulan dari daerah dengan kekayaan budaya nusantara yang menjadi sumber identitas dan motivasi, populasi generasi muda yang mewakili digital native secara aktif, dan transformasi digital yang berkembang pesat.
"Inilah yang menjadikan ekonomi kreatif sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional yang dimulai dari daerah. Kami juga melakukan scale up akses pasar dan akses pendanaan untuk pendampingan promosi serta jejaring sehingga mereka bisa naik ke level nasional hingga global,” tegas Teuku Riefky.
Bersamaan dengan itu, Director Prasasti, Nila Marita menyampaikan bahwa penguatan ekonomi kreatif membutuhkan ruang dialog kebijakan yang inklusif, terstruktur, dan berorientasi pada solusi. Nila menambahkan diskusi dalam Prasasti Insights diposisikan sebagai fondasi awal untuk menyusun kebijakan ekonomi kreatif yang lebih terarah ke depan.
“Pesan ini menjadi benang merah dalam berbagai kebijakan dan program sekaligus mencapai pemahaman bahwa kekuatan ekonomi kreatif nasional berakar pada keragaman lokal, talenta daerah, dan ekosistem kreatif dari berbagai wilayah di Indonesia,” kata Nila Marita.
Dalam konteks subsektor, Direktur Ekonomi Digital CELIOS, Nailul Huda, menilai perkembangan ekonomi kreatif Indonesia berjalan seiring dengan kemajuan teknologi digital dan perubahan struktur demografi.
“Dengan pertumbuhan mencapai 5,69%, kinerja ekonomi kreatif berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Saat ini, kontribusi ekonomi kreatif didominasi subsektor kuliner, fesyen, dan kriya. Kondisi ini menjadi pijakan awal untuk mendorong pengembangan subsektor lain yang bernilai tambah tinggi," ujarnya.
Menurut Nailul, subsektor seperti film dan musik memiliki potensi besar, terutama dengan semakin kuatnya peran platform digital dan layanan over-the-top (OTT) sebagai saluran distribusi dan monetisasi.
“Penguatan subsektor ini menjadi penting agar struktur ekonomi kreatif semakin seimbang dan berdaya saing,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: