Kredit Foto: Pertamina Hulu Energi
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) resmi memulai babak baru dalam sejarah industri hulu migas tanah air. Anak usaha PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ini meresmikan Proyek Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) Tahap I di Lapangan Minas Area A, Zona Rokan, Riau, Selasa (23/12/2025).
Langkah agresif ini dilakukan untuk memeras sisa-sisa cadangan minyak di Lapangan Minas yang sudah beroperasi sejak 1952. Melalui suntikan teknologi kimia ini, PHR membidik peningkatan perolehan minyak atau recovery factor sebesar 12% hingga 16% dari total cadangan yang ada (Original Oil in Place/OOIP).
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menegaskan bahwa inovasi adalah harga mati untuk menjaga napas lapangan raksasa yang sudah mulai menua (mature) seperti Minas.
Baca Juga: Pertamina Drilling Jajaki Kerja Sama Hulu Migas dengan Irak
"Kita menyadari bahwa Minas adalah lapangan yang sudah mature. Keberlanjutan produksinya hanya dapat dijaga melalui inovasi dan penerapan teknologi yang tepat. Oleh karena itu, kita bersyukur hari ini dapat meresmikan penerapan Chemical EOR Tahap I di Area A," ujar Djoko dalam keterangannya, dikutip Rabu (24/12/2024).
Salah satu poin krusial dalam proyek ini adalah penggunaan formula kimia hasil kreasi internal Pertamina. Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Mochamad Iriawan mengapresiasi para "Perwira" Pertamina yang berhasil menciptakan formula mandiri setelah sebelumnya sempat terkendala.
"Kami bangga atas usaha dan kerja keras Perwira Pertamina sehingga bisa membuat formula sendiri yang sebelumnya mengalami kendala. Jangan berhenti berinovasi dalam memecahkan masalah. Masa depan dan kemandirian energi berada di tangan para pekerja Pertamina," tegas Iriawan.
Senada dengan itu, Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Oki Muraza menjelaskan bahwa teknologi ini menggunakan kombinasi tiga bahan kimia: alkali, surfaktan, dan polimer (ASP).
Baca Juga: Teknologi Migas Andal, Legislator Apresiasi Kinerja PHE
"Yang patut kita banggakan bersama, surfaktan sebagai komponen utama dalam teknologi CEOR ini merupakan hasil inovasi perwira Pertamina. Efektivitasnya telah melalui serangkaian pengujian baik di laboratorium maupun di lapangan," ungkap Oki.
Kejar Target 1 Juta Barel
Proyek ini bukan sekadar eksperimen teknis, melainkan tulang punggung negara dalam mengejar target produksi 1 juta barel minyak per hari (bph) pada tahun 2030. Secara angka, dampak CEOR ini diproyeksikan akan sangat masif terhadap lifting nasional:
- Tahun 2030: Kontribusi sekitar 70.000 bph.
- Tahun 2036: Proyeksi puncak produksi hingga 200.000 bph.
Keberhasilan di Minas Area A ini akan menjadi blueprint untuk ekspansi ke area lain seperti Minas Area B, C, dan D, hingga lapangan Balam South, Bangko, dan Petani.
Plt Gubernur Riau SF Haryanto menyatakan dukungannya mengingat sektor migas adalah urat nadi ekonomi Bumi Lancang Kuning. Ia berharap peningkatan produksi ini berkorelasi langsung pada Dana Bagi Hasil (DBH) Migas.
Baca Juga: Ini 7 Jagoan Pertamina yang Jaga Produksi Migas RI
"Dana inilah yang akan kembali kepada rakyat Riau dalam bentuk pembangunan jalan, sekolah, dan fasilitas kesehatan. Kami hadir sebagai mitra strategis untuk memastikan keamanan investasi dan dukungan penuh operasi hulu migas," kata Haryanto.
Sebagai informasi, Lapangan Minas merupakan penghasil utama Sumatra Light Crude dengan luas 204,37 km². Saat ini, lapangan tersebut memiliki 1.243 sumur aktif dengan rata-rata produksi harian mencapai 29.000 bph sebelum optimalisasi CEOR dilakukan secara penuh.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait: