Mercusuar.info dan Internet-positif.org Mestinya Tak Ditaburi Iklan
WE Online, Jakarta - Maraknya iklan adsense di laman internet-positif.org dan mercusuar.info mendapat sorotan dari pengamat teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) Heru Sutadi.
Kepada Warta Ekonomi, Heru Sutadi mengatakan laman yang bertipe redirect tersebut semestinya tidak ditaburi iklan.
"Di beberapa negara disuguhkan informasi laman yang dituju misalnya mengandung konten negatif dan kemudian juga diuraikan aturan mengenai pelanggaran mengenai konten negatif," jelasnya melalui aplikasi perpesanan di Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Sekadar diketahui, laman Mercusuar.info maupun internet-positif.org hanya akan muncul bila seorang pengguna internet berselancar di layanan internet milik Telkom. Kedua laman tersebut awalnya dibentuk untuk tujuan yang baik, misalkan laman Mercusuar.info, laman ini akan muncul apabila situs yang dikunjungi oleh seseorang tidak ditemukan.
Seiring berjalannya waktu, Mercusuar.info bisa muncul dengan mengatakan suatu situs tidak aktif (padahal aktif). Tindakan ini disinyalir merupakan upaya Telkom untuk mencicipi pemasukan dari sektor iklan.
Dari sejumlah sumber yang dihimpun Warta Ekonomi, tindakan operator mencicipi pemasukan dari sektor iklan telah lama dikeluhkan pelanggan, terutama iklan serobot (intrusive ads). Iklan serobot sendiri dinilai tidak sesuai dengan konsep network (net) neutrality.
Konsep ini berbunyi operator telekomunikasi memberikan akses jaringan internet secara terbuka dan non-discriminatory kepada semua pengguna/perusahaan demi kelancaran dan kemajuan bisnisnya. Untuk diketahui, omzet iklan digital pada tahun ini diperkirakan mencapai angka US$ 1,2 miliar, jumlah itu diprediksi bakal meningkat pada tahun 2017 dengan besaran US$ 1,6 miliar.
"Iklan serobot secara aturan tidak ada, sama seperti konten yang juga lakukan iklan pop up. Di banyak negara iklan pop up tidak dilawan dengan iklan serobot, tapi diajak berunding agar kedua belah pihak sama-sama happy atau operator bisa saja mengeblok kehadiran iklan jadi yang terbaca hanya iklan teksnya saja," pungkas Heru.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Febri Kurnia
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: