Meningkatkan Keamanan Transaksi E-Payment dengan Komputasi Awan
WE Online, Jakarta - Para pakar teknologi informasi (TI) di Indonesia menilai peningkatan transaksi elektronik (e-payment) perlu dibarengi dengan peningkatan keamanan siber (cyber security).
Vice President, Governance, Risk, and Compliance, KartuKu Setiawan Adhiputro mengungkapkan bahwa sebagai salah satu negara dengan infeksi malware terbesar maka Indonesia membutuhkan platform teknologi yang aman untuk mendukung penerapan transaksi e-payment.
"Komputasi awan dapat menjadi solusi yang aman untuk mendukung berkembangnya penerapan e-payment di Indonesia. Data yang disimpan ke dalam komputasi awan terjamin keamanannya karena berbagai peraturan serta standar praktik keamanan informasi seperti ISO 27001 turut mengelola sistem keamanan komputasi awan," katanya di Jakarta, Sabtu (14/5/2016).
Sementara itu, National Technology Officer Microsoft Indonesia Tony Seno Hartono mengatakan pihaknya berinvestasi besar untuk menjamin keamanan Microsoft Azure.
"Sebagai hasilnya, Microsoft Azure sukses menjadi penyedia layanan komputasi awan pertama yang diakui oleh otoritas perlindungan data Uni Eropa karena komitmennya terhadap undang-undang privasi yang ketat di Uni Eropa," ujarnya.
Lebih jauh, Tony menerangkan Microsoft membangun keamanan komputasi awan secara menyeluruh dimulai dengan security development lifecycle atau proses pengembangan yang memiliki persyaratan keamanan dalam setiap prosesnya.
"Microsoft membantu memastikan bahwa komputasi awan terproteksi secara fisik, jaringan, host, aplikasi, serta layer data, sehingga layanan online yang kami sediakan tahan terhadap serangan siber," terangnya.
Ia mengatakan penerapan e-payment di Indonesia saat ini masih memiliki tantangan dari segi cyber security. Dari hasil temuan Norton Cybersecurity Insight Report, imbuhnya, rata-rata pengguna dunia siber kehilangan hampir US$358 per orang atau sekitar total US$150 miliar akibat kejahatan siber per tahun.
Di Indonesia sendiri, kerugian akibat kejahatan siber diperkirakan mencapai Rp 33,29 miliar. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan perampokan nasabah bank secara konvensional.
"Melalui keamanan yang ditawarkan oleh komputasi awan, transaksi e-payment dapat semakin berkembang sejalan dengan target pemerintah untuk menjadikan Indonesia cashless society. Penerapan e-payment di Indonesia saat ini masih memiliki tantangan dari segi cyber security," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement