Pemerintah Zimbabwe akan melakukan pemangkasan 25.000 pegawai negeri sipil guna menekan pengeluaran pemerintah. Pemerintah juga membatalkan pembayaran bonus tahunan bagi aparatur negara, sebagai bagian dari rangkaian penghematan biaya kepegawaian sebesar US$118 juta. Sementara, pada Juli lalu, para PNS melakukan aksi mogok kerja atas keterlambatan pembayaran gaji mereka.
Zimbabwe kini tengah berada dalam situasi ekonomi terberat sejak hiperinflasi pada tahun 2008. Berbicara di hadapan parlemen pada Kamis (8/9/2016), Menteri Keuangan Patrick Chinamasa mengatakan upah yang harus dibayar pemerintah mencapai 97 persen dari total penerimaan negara. Ia berharap angka tersebut dapat turun menjadi 75 persen pada akhir tahun 2017.
Mengutip BBC di Jakarta, Minggu (11/9/2016) menurut surat kabar milik pemerintah, Herald, pemangkasan 25.000 pekerja atau 8 persen dari total PNS tersebut dinilai sebagai upaya penting untuk mengurangi belanja yang dinilai tidak berkesinambungan.
Tahun lalu, Chinamasa pernah mengajukan usulan serupa, namun rencana tersebut dicegah oleh kabinet Zimbabwe. Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah Zimbabwe berjuang keras untuk membayar gaji aparatur negara, termasuk personel militer, guru, dan pegawai kesehatan.
Penundaan pembayaran gaji menyebabkan terjadinya unjuk rasa besar hingga terjadi kerusuhan, aksi tersebut merupakan salah satu pemogokan terbesar yang pernah terjadi di negara tersebut. Pemerintah pun kesulitan meningkatkan pendapatan negara di tengah anjloknya perekonomian.
Wartawan BBC Brian Hungwe di Harare mengatakan dalam satu dekade terakhir, sudah lebih dari 10.000 perusahaan mengalami kebangkrutan. Ia menambahkan bahwa Presiden Robert Mugabe menyalahkan sanksi sebagai penyebab krisis ekonomi Zimbabwe. Akan tetapi, berbagai kritik menyatakan sumber masalahnya adalah kebijakan ekonomi yang salah dan korupsi.
Kekeringan yang parah pun menambah masalah dalam perekonomian Zimbabwe. Akibatnya, banyak warga yang menggantungkan hidupnya pada bantuan pangan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement