Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay mengatakan kepada PBB pada Sabtu (24/9/2016) bahwa presidennya, Rodrigo Duterte, memiliki amanat "belum pernah ada" dan dunia sebaiknya tidak ikut campur dalam pemberantasan kejahatan di negaranya.
Di sidang tahunan Majelis Umum PBB itu, Yasay mengatakan bahwa pemerintahan Duterte "bertekad membebaskan Filipina dari korupsi dan ulah penghambat lain, termasuk pembuatan, pengedaran dan penggunaan obat terlarang".
"Langkah kami, meskipun demikian, merebut halaman depan nasional dan perhatian internasional dengan alasan salah," katanya.
"Kami mendesak semuanya untuk mengizinkan kami menangani tantangan-tantangan domestik kami demi mencapai tujuan nasional tanpa adanya campur tangan," katanya.
Duterte menang pemilihan umum pada 9 Mei dengan telak, setelah berjanji memberantas narkotika dan kejahatan. Kepolisian mengatakan pada pekan ini bahwa dalam 11 minggu terakhir, hampir 3.000 orang tewas dalam perang melawan narkotika Duterte, sebuah data yang diperbaiki dari 3.800 orang yang mereka cantumkan pada minggu sebelumnya.
Pembunuhan itu telah menarik sejumlah kritik internasional, termasuk dari PBB, memicu reaksi marah dari Duterte.
Pada Kamis, pemimpin Filipina itu mengeluarkan komentar kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon dan Uni Eropa, kemudian mengundang mereka untuk menyelidiki tindakan kerasnya.
Yasay mengatakan bahwa Duterte telah memenangi "sebuah mandat yang belum pernah ada sebelumnya" dan saat ini mendapatkan tingkat penerimaan sebesar 92 persen.
Dengan demikian, dia harus menjalankan panggilan "suci" untuk perubahan.
"Bagi dirinya, kepercayaan ini sangat suci," kata Yasay, "Itu tidak dapat dilanggar, di bawah keadaan apapun harus tetap dijalankan." Pembangkangan Duterte terhadap sejumlah organisasi tingkat tinggi dan komentarnya terhadap siapa pun mulai dari Presiden AS Barack Obama hingga Sri Paus memberikan kepuasan kepada banyak warga Filipina, namun mengkhawatirkan bagi sejumlah pemerintah asing, terlebih bagi Amerika Serikat, yang memandang Manila sebagai rekan penting di Asia dalam menghadapi China, yang pengaruhnya semakin besar.
Sejumlah analis memperkirakan Duterte akan memisahkan hubungan asing lebih jauh dari Washington, termasuk dengan mengusahakan ikatan yang lebih dekat dengan China.
Yasay mengatakan nilai-nilai inti yang dijunjung dalam konstitusi Filipina termasuk mandat "untuk mencapai sebuah kebijakan luar negeri yang independen, untuk mempromosikan kepentingan nasional".
Pada saat sama, dia mengatakan bahwa Manila akan tetap menjadi "sebuah rekan bagi komunitas internasional yang bertanggungjawab," mematuhi ketentuan hukum, termasuk sebuah kebijakan pengadilan internasional tahun ini yang mendukung Filipina atas China atas klaim di Laut China Selatan.
Meskipun adanya sejumlah kritik Duterte terhadap badan dunia, Yasay mengatakan bahwa PBB telah menunjukkan "ketahanan dan relevansi berkelanjutan" dan menambahkan terkait perserikatan AS, "Kekhawatiran domestik kami mendorong kami untuk berdekatan dengan sejumlah negara yang memiliki pemikiran serupa di wilayah sekitar dalam bidang keamanan maritim, perang melawan terorisme, tanggapan bencana dan kejahatan lintas negara.". (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Advertisement