Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati disela pertemuan World Bank dan Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington, DC, Amerika Serikat pada 4-9 Oktober 2016, sempat mengunjungi lembaga rating terkemuka, yakni Standard & Poor's (S&P), Fitch dab Moody's.
Dalam kunjungannya, Sri Mulyani berharap S&P segera menaikkan peringkat Indonesia menjadi layak investasi, karena pemerintah telah melakukan perbaikan terhadap struktur APBN agar menjadi lebih sehat.
"Khusus mengenai S&P yang masih belum melakukan upgrade untuk Indonesia, pertemuan ini menjadi sangat kritikal, karena saat ini merupakan titik turning point bagi mereka untuk melakukan investment mengenai investment rating Indonesia," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (12/10/2016).
Dia menambahkan, peningkatan ini diharapkan didukung antara lain oleh perbaikan kebijakan yang sifatnya lebih efektif dan predictable, antara lain melalui perbaikan struktur anggaran yang lebih sehat dan membantu ketahanan perekonomian Indonesia terhadap eksternalitas global.
Lebih jauh katanya, pertemuan dengan tiga lembaga pemeringkat terkemuka ini sangat penting untuk memberikan pemahaman mengenai perekonomian nasional dan kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi tantangan global yang semakin beragam.
"Pertemuan ini memberikan pemahaman atas perkembangan perekonomian Indonesia terutama kebijakan terakhir yang dilakukan di bidang APBN, baik dari sisi langkah-langkah yang dilakukan dalam mengantisipasi pelaksanaan APBN 2016, dan pembahasan dengan DPR untuk APBN 2017, serta pelaksanaan UU tax amnesty," jelas dia.
Selain memberikan pesan kepada S&P, Sri Mulyani mengharapkan Fitch dan Moodys ikut memberikan penilaian terbaru kepada Indonesia sebagai apresiasi atas kinerja perekonomian nasional yang membaik, meski keduanya telah memberikan peringkat layak investasi sejak 2011.
"Sedangkan untuk Moody?s dan Fitch Ratings, akan melakukan update untuk bisa memperbaiki outlook dari rating investment mereka," tukas Sri Mulyani.
Sebelumnya, lembaga pemeringkat internasional S&P dalam publikasi terbarunya pada Juni 2016 belum memberikan peringkat "investment grade" atau layak investasi kepada Indonesia.
Lembaga pemeringkat yang bermarkas di New York, AS, itu menekankan bahwa kinerja instrumen fiskal atau APBN yang disusun pemerintah belum begitu membaik, baik yang telah berjalan secara rutin maupun secara struktural.
S&P menekankan jika kerangka fiskal yang sudah disusun pemerintah mampu diiringi dengan perbaikan performa fiskal, dengan penurunan defisit anggaran dan jumlah pinjaman, tidak menutup kemungkinan peringkat Indonesia akan naik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait:
Advertisement