Kementerian PUPR Sebut Pasar Modal Sebagai Ladang Pencarian Dana
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memandang bahwa pasar modal merupakan ladang bagi pencarian modal. Salah satunya untuk sektor pembiayaan perumahan.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Maurin Sitorus di Jakarta, Kamis (13/10/2016).
"Untuk pembiayaan perumahan memang paling cocok dari pasar modal. Kalau dilihat KPR (Kredit Pemilikan Rumah) yang ditawarkan saat ini tenornya 10 hingga 20 tahun. Kreditnya cukup panjang. Sementara perbankan menggunakan dana pihak ketiga yang pendek. Dana yang paling cocok untuk KPR adalah dana dari pasar modal," katanya.
Untuk itu, lanjut Maurin, para emiten properti khususnya pengembang harus bisa memanfaatkannya hal tersebut. Para pengembang harus bisa berperan aktif agar menarik para investor supaya membeli surat-surat utang jangka panjang yang akan dialokasikan untuk membangun perumahan komersil maupun pembiayaan perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
"Kalau kita bisa mencocokkan dana yang sifatnya jangka panjang, dan penyaluran kredit yang jangka panjang, itu akan match," terangnya.
Sebagai informasi, Ditjen Pembiayaan Perumahan memiliki beberapa skema bantuan pembiayaan perumahan, antara lain skema KPR Sejahtera Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR Sejahtera FLPP), skema bantuan pembiayaan KPR Sejahtera Subsidi Selisih Bunga (KPR Sejahtera SSB), dan Bantuan Uang Muka (BUM) untuk MBR, khusus untuk pembelian rumah tapak bersubsidi.
Dirinya menyadari, saat ini tantangan yakni penyediaan anggaran yang dimiliki oleh pemerintah. Maurin membandingkan, dana jangka panjang dari pasar modal pun dirasa menjadi jawaban yang paling pas menjawab tantangan ini dibandingkan dengan perbankan.
"Mungkin para perusahaan-perusahaan pengembang yang terutama Tbk, mudah-mudahan bisa cari dana di pasar modal. Jadi tidak hanya mengandalkan pendanaan dari perbankan," ujarnya.
Kepala divisi sekuritisasi PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), Sid Herdi Kusuma juga mengungkapkan bahwa, bantuan dari pasar modal tentu membantu peningkatan dana untuk pembiayaan pembangunan perumahan rakyat.
Hal ini mengingat dana dari perbankan yang sangat terbatas. Tidak semua bank di Indonesia yang menyalurkan kreditnya untuk perumahan. Salah satu alasannya adalah jangka waktu kredit untuk perumahan yang cukup panjang.
Sekedar informasi, pagu RAPBN 2017 untuk pembiayaan perumahan adalah sebesar Rp15,6 triliun. Alokasi anggaran ?itu diantaranya digunakan untuk KPR Sejahtera FLPP sebesar Rp 9,7 triliun (120.000 Unit), KPR Sejahtera SSB sebesar Rp3,7 triliun (225.000 Unit) dan alokasi untuk BUM sebesar Rp2,2 triliun (550.000 Unit).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement