Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Daerah Istimewa Yogyakarta mengimbau kalangan pengusaha restoran menghindari penggunaan elpiji bersubsidi tiga kilogram.
"Memang aturannya tidak jelas dan tidak ada unsur pidana, kami hanya bisa mengimbau agar pengusaha beralih menggunakan elpiji 12 kg atau 5,5 kg," kata Ketua Hiswana Migas DIY Siswanto di Yogyakarta, Senin (31/10/2016).
Siswanto mengatakan untuk mengantisipasi kelangkaan elpiji pada Oktober telah melakukan inspeksi mendadak di Kabupaten Sleman bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sleman didampingi jajaran kepolisian dan TNI. Dalam inspeksi itu, ditemukan dua restoran di kawasan Babarsari, Sleman masih menggunakan elpiji 3 kg.
"Kami menemukan dua restoran yang mestinya menggunakan elpiji 5,5 kg atau 12 kg namun menggunakan 3 kg," kata dia.
Menurut Siswanto, untuk menghindari penggunaan elpiji bersubsidi di kalangan pengusaha restoran atau perhotelan, Hiswana Migas telah meminta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY untuk membantu mengingatkan anggotanya.
"Dengan PHRI sudah kami lakukan komunikasi agar tidak ada penggunaan elpiji bagi anggotanya. Tapi untuk perhotelan kami yakin sudah menggunakan elpiji 50 kg," kata dia.
Monitoring penjualan dan penggunaan elpiji, menurut dia, dilakukan sejak mendapatkan laporan mengenai kelangkaan elpiji tabung 3 kg, baik di Kabupaten Bantul maupun Sleman pada pekan pertama Oktober.
Menurut dia, kelangkaan elpiji bersubsidi tersebut bisa dipicu tingginya permintaan pada bulan-bulan sebelumnya yang bertepatan dengan momentum Idul Adha, serta banyaknya masyarakat yang menggelar hajatan.
Meski demikian, Siswanto menduga kelangkaan elpiji bersubsidi selama beberapa hari terakhir ini juga bisa disebabkan faktor pendistribusian elpiji yang tidak sesuai peruntukannya. Elpiji 3 kg, pada dasarnya hanya diperuntukkan bagi masyarakat dengan penghasilan Rp1,5 juta ke bawah.
Pada September 2016 PT Pertamina mencatat permintaan elpiji 3 kg di DIY mencapai 2,5 juta tabung atau meningkat tiga persen dari konsumsi normal, jauh dari permintaan bright gas yang masih mencapai 1.500 tabung pada bulan yang sama. Peningkatan konsumsi tersebut bahkan sempat memicu kelangkaan persediaan gas melon di pasaran pada pekan pertama Oktober. Untuk menjaga stok elpiji bersubsidi itu tetap aman pada 16-17 Oktober Pertamina menggelar Operasi Pasar (OP) di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Sleman. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait:
Advertisement