Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Darmin Nilai Ekonomi AS Belum Pulih Sepenuhnya

Darmin Nilai Ekonomi AS Belum Pulih Sepenuhnya Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai kondisi ekonomi di Amerika Serikat belum pulih sepenuhnya, sehingga "The Federal Reserve" masih mempertahankan suku bunga acuan pada 0,25 persen-0,5 persen.

"Dia akan menaikkan itu kalau ekonomi cukup baik, itu sudah pasti," kata Darmin saat ditemui di Jakarta, Kamis malam (3/11/2016).

Darmin mengatakan kondisi ekonomi nasional saat ini tidak terpengaruh dengan situasi global, terutama ketika pemulihan ekonomi di AS masih belum berjalan dengan efektif.

Untuk itu, Darmin meyakini ekonomi nasional tidak akan bergejolak, apabila nantinya The Fed benar-benar menaikkan suku bunga acuan, yang diproyeksikan terjadi pada Desember 2016.

"Jangan terlalu menganggap bahwa ini adalah masalah yang bisa mengacaukan kita. Dan kalaupun naik, paling naiknya 0,25 persen," ujar mantan Gubernur Bank Indonesia ini.

Darmin memprediksi The Fed nantinya benar-benar menyesuaikan suku bunga apabila angka pengangguran menurun dan inflasi cukup tinggi, yang berarti ekonomi AS mulai bergerak dan tidak stagnan seperti sekarang.

"Yang pertama, 'employment'-nya membaik. Kedua, inflasinya cukup tinggi, dalam artian, sekarang inflasinya rendah sekali. Kalau rendah, berarti memang ekonominya tidak ada 'demand' yang cukup," ujarnya.

Ia menambahkan kondisi ekonomi seperti saat ini yang didukung oleh tingkat inflasi rendah, bisa memberikan peluang untuk kembali terjadi pelonggaran moneter oleh bank sentral.

"Kalau dilihat, saya malah bilang bahwa inflasi kita tahun ini akan di bawah tiga persen, bisa-bisa hanya di 2,5 persen. Itu artinya peluang untuk menurunkan (suku bunga) lebih lanjut, terbuka," katanya.

The Fed baru mempertahankan suku bunga acuannya di 0,25 persen-0,5 persen pada Rabu malam waktu AS, di tengah masih melambatnya laju ekonomi global dan risiko di pasar keuangan global, salah satunya dari Pemilihan Presiden AS, 8 November 2016.

Pelaku pasar mempercayai, The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya pada Desember 2016, karena realisasi perbaikan ekonomi AS dan peningkatan laju inflasi.

Sebelumnya, Bank Indonesia memprediksi skenario pengetatan moneter oleh The Fed selanjutnya akan dilakukan dengan dua kali peningkatan suku bunga acuan pada 2016 sebesar masing-masing 25 basis poin dan tiga kali kenaikan pada 2018. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: