Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mainan Tradisional Masih Bertahan di Era Teknologi Digital

Mainan Tradisional Masih Bertahan di Era Teknologi Digital Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri mainan dalam dimulai sejak 40 tahun yang lalu. Hingga saat ini telah mengalami perkembangan. Mainan tidak lagi menjadi produk untuk bermain-main dan membuang waktu, tapi menjadi sarana untuk pendidikan.

Bermacam-macam di industri mainan. Ada dari kayu, boneka, plastik atau elektronik. Yang bisa dijadikan sebagai sarana pendidikan. Dalam perkembangannya mainan juga akan mengikuti zaman dengan berkembangnya teknologi digital dan komunikasi.

"Kita memang harus mengikuti, kalau tidak kita akan kalah," ujar Widjonarko di Jakarta, Rabu (22/11/2016).

Saat ini dan kedepan tren industri mainan mengarah ke mainan yang bersentuhan dengan teknologi digital. Teknologi paling baru, pesawat tanpa awak drone saat ini sudah menjadi mainan. Ke depan tidak menutup kemungkinan masinan anak-anak seperti robot dan boneka juga bisa terbang.

Perkembangan tersebut ada sisi baik dan buruknya, tapi yang terpenting untuk anak-anak terutama yang masih PAUD atau TK jangan pernah diberikan mainan atau alat yang membawa anak ke dunia berfikir. Menurutnya anak-anak memang harus diberikan waktu untuk main-main. Karena bermain selalu diidamkan. Apabila anak tidak diberikan cukup waktu untuk menikmati bermain dan ada tekanan untuk berfikir seperti menulis dan behitung, pada masa remaja masih akan sering bermain-main.

"Sebagai salah satu balas dendam karena waktu kanak-kanak tidak bisa puas bermain. Maka ada istilah masa kecil kurang bahagia," ujar Widjonarko.

Dalam industri mainan di Indonesia, lanjut dia, sebagian anggota saat ini masih fokus pada mainan tradisional. Itu seperti dilakukan oleh pengusaha kecil dan mikro yang fokus memenuhi permintaan untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Di tingkat pendidikan ini masih memerlukan mainan yang sederhana dan bisa dilakukan di manapun di seluruh Indonesia.

?Dari Kementerian Pendidikan sendiri ada anggaran Rp 1 triliun per tahun untuk program itu,? ungkap Widjonarko.

Kelompok mainan itu diharapkan disuplai oleh produsen kecil dan mikro. Produsen besar diharapkan tidak perlu bermain di sana. Itu untuk menyeimbangkan pasar, agar produsen kecil dan mikro tetap tumbuh. Untuk industri besar diharapkan bermain di pasar ekspor. ?

Kepada pemerintah diharapkan dapat mengawal pertumbuhan industri mainan di dalam negeri. Selain melindungi dari serbuan produk impor, juga diharapkan dapat mengawal produsen mainan yang ingin terus mengembangkan industrinya.

?Banyak tantangan yang dilalui produsen mainan, untuk itu pemerintah kita harapkan mampu mengawal, memudahkan seperti dalam hal perizinan,? ujar Widjonarko.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: