Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sektor Perkebunan Penyumbang Terbesar Pertumbuhan Ekonomi Sumut

Sektor Perkebunan  Penyumbang Terbesar Pertumbuhan Ekonomi Sumut Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Medan -

Tidak bisa dipungkiri, pertumbuhan ekonomi Sumut selama ini identik dengan pertumbuhan sektor pertanian khususnya perkebunan. Dilihat dari pertumbuhan dari sisi sektor ekonomi produktifnya. Kalau dari sisi konsumsi, maka jelas konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Sumut. Hal ini dikatakan pengamat ekonomi Sumut, Benjamin Gunawan Selasa (29/11/2016).

"Hanya saja yang menjadi persoalan adalah, Sumut sangat bergantung dari sektor ini. Padahal sektor pertanian ini sangat bergantung dari volatilitas harga komodits pertanian di dunia. Sehingga volatilitas pada harga komoditas tersebut tidak begitu menguntungkan Sumut saat terjadi penurunan harga seperti yang terjadi saat ini," kata Benjamin.

Menurutnya, untuk menghindari ketergantungan yang akut dari komoditas, maka yang bisa dioptimalkan adalah pegembangan industri hilir. hal ini dianggap salah satu cara agar manufaktur di wilayah Sumut bisa dihidupkan. Artinya, kata dia, sektor pertanian (perkebunan) yang menjadi tulang punggung Sumut, jika dioptimalkan mulai dari bahan mentah ke bahan jadi. Tentunya akan memiliki nilai tambah yang besar.

"Jika manufaktur bisa dihidupkan, Sumut akan lebih kuat jika berhadapan dengan volatilitas harga komoditas yang mengalami penurunan. Karena faktanya Sumut sampai saat ini mayoritas masih menjual bahan mentah ke Negara lain. Belum sepenuhnya mampu dikelola hingga dalam bentuk barang jadi disini,"ujarnya.

Benjamin menilai, jika bergantung pada ekspor komoditas mentah, masalah lainnya yang bakal timbul adalah jika Sumut mencoba untuk menghasilkan produk jadi. Artinya, bila sebelumnya Negara tujuan ekspor Sumut mendapatkan bagian untuk mengolah bahan?baku?dari Sumut untuk produk jadi.

"Saya sangat yakin, jika barang jadi tersebut dijual ke Negara yang sebelumnya hanya mengimpor barang mentah. Maka yang terjadi adalah resistensi dari Negara tersebut. Karena mereka akan mengalami kerugian besar harus menutup pabrik dan mem PHK karyawan. Ini tantangannya jika kita tidak segera membenahi sektor hilir di Sumut,"ujarnya.

Sementara itu, banyak masyarakat yang menilai pertumbuhan ekonomi Sumut belum begitu dirasakan bagi pemulihan daya beli masyarakat. Khususnya terkait dengan masalah penyerapan tenaga kerja. Artinya dengan pertumbuhan ekonomi yang masih mampu diatas rata-rata nasional. Namun daya beli masyarakat Sumut belum sepenuhnya membaik.

?"Hal ini sangat wajar terjadi. Pertama dengan pertumbuhan dikisaran 5.2%. Saya tidak begitu yakin akan mampu menyerap semua tenaga kerja potensial untuk mengurangi angka pengangguran. Kita setidaknya butuh pertumbuhan dikisaran 6.7% setiap tahunnya," paparnya.

Ditambah lagi, teknologi saat ini, juga mulai berperan untuk menggantikan manusia. Sehingga pertumbuhan ekonomi makin lama semakin buruk kualitasnya dalam serapan tenaga kerja.

?"Untuk Sumut ada begitu banyak proyek pembangunan infrastruktur. Dengan program padat karya saya pikir untuk sementara mampu menjadi motor daya beli masyarakat. Meski demikian kita membutuhkan serapan tenaga kerja formal yang bisa menjaga daya beli masyarakat dalam jangka panjang," tambahnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Rahmat Patutie

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: