Beberapa orang masih menganggap profesi agen asuransi jiwa sebagai pekerjaan yang kurang menjanjikan. Profesi ini dianggap kurang mampu menjadi sumber penghasilan sehingga kerap dijadikan sebagai pekerjaan sampingan saja.
Salah satu karyawan swasta di Jakarta, Nani Sulistiani, mengatakan profesi agen asuransi jiwa sulit untuk dijadikan sebagai?tumpuan penghasilan. Ia mengatakan?bahwa sistem komisi tidak memberikan jaminan pendapatan tetap ditambah persaingan agen sudah sedemikian ketat buat memperebutkan nasabah.
"Kalau masih baru-baru jadi agen asuransi jiwa tanpa ada pemasukan lain saya kira sulit. Sekarang kan agen asuransi jiwa sudah cukup banyak, persaingan pasti ketat. Apalagi, buat mendapatkan nasabah itu bukan merupakan pekerjaan mudah. Sulit meyakinkan orang buat menjadi nasabah asuransi," katanya kepada?Warta Ekonomi?di Jakarta, Sabtu (24/12/2016).
Nani Sulistiani?menyampaikan bahwa bagi dirinya?agen asuransi jiwa memiliki kesan yang kurang baik. Ia mengatakan pernah memiliki pengalaman?kurang menyenangkan ketika temannya tidak bisa melakukan klaim karena agen asuransi jiwa tidak kooperatif dalam menjalankan tugas.
"Jadi, agen asuransi itu sering karena ingin mencapai target bilangnya bagus-bagus, mudah, gampang klaimnya, tapi kenyataannya tidak semudah yang disampaikan agen. Apalagi, dulu pernah teman saya tidak bisa klaim karena si agen ternyata sudah pindah kerja padahal premi jalan terus selama tiga tahun. Agen bilang nanti segera dibantu diurus, tapi ternyata tidak berhasil. Memang, sih saya sadar tidak semua agen asuransi jelek," ujarnya.
Hal serupa disampaikan oleh Septi Kurnia yang mengatakan?profesi?agen asuransi jiwa?lebih cocok dijadikan sebagai pekerjaan sampingan (side job). Ia mengatakan butuh waktu lama bagi seseorang yang ingin benar-benar?menggeluti profesi tersebut.
"Hal paling penting itu jaringan. Apabila mau fokus kerja sebagai agen asuransi jiwa sudah harus punya jaringan. Kalau belum punya jaringan jangan (jadi profesi utama) dulu deh," katanya.
Septi Kurnia mengatakan butuh tekad kuat apabila ingin fokus berprofesi sebagai agen asuransi jiwa.?Wanita yang menjadikan profesi agen asuransi jiwa sebagai pekerjaan sampingan sejak satu setengah tahun yang lalu ini mengatakan tekad kuat dibutuhkan buat menghadapi segala macam tantangan profesi.
"Kalau saya mau benar-benar fokus cari nasabah kan cuma bisa pas?hari Sabtu dan Minggu. Nah, itu tekadnya harus kuat. Kadang-kadang sudah luangkan waktu libur buat ketemuan, tapi nasabah tidak dapat. Kadang, orang?kalau tahu kita agen asuransi itu sudah?ilfeel?dulu. Mau ajak ketemu orang sulit minta ampun gara-gara kita jadi agen asuransi jiwa,"?katanya kepada?Warta Ekonomi?di Jakarta, Jumat (23/12/2016).
Tekad Kuat
Salah seorang agen asuransi jiwa, Jesica Raida, mengakui bahwa tekad kuat adalah modal utama apabila ingin fokus menggeluti profesi ini. Ia menyampaikan dirinya butuh waktu sekitar lima tahun untuk memutuskan menjadi?seorang?agen asuransi jiwa.
"Tahun 2009 saya masih hijau waktu bergabung dengan bisnis ini. Penghasilan pun masih pas-pasan ketika itu karena masih membangun jaringan dan premi nasabah pun masih di kelas yang kecil-kecil. Jadi, saat itu cuma jadi?side job?dengan pekerjaan utama di Jawa Pos Group. Tahun 2014 baru memutuskan benar-benar fokus (jadi agen asuransi jiwa)," katanya kepada?Warta Ekonomi?melalui pesan singkat yang diterima?di Jakarta, Jumat (23/12/2016).
Ia mengatakan salah satu hal yang menguatkan tekadnya adalah keinginan agar?masyarakat bisa merasakan manfaat penting dari asuransi.
Jesica Raida menceritakan?dirinya pernah mengalami permasalahan ekonomi?ketika ayahnya terkena penyakit stroke dan tidak memiliki asuransi sehingga terpaksa menjual harta benda untuk biaya pengobatan. Sampai akhirnya si ayah meninggal, imbuhnya, ia pun terpaksa?memupus impian melanjutkan kuliah dan harus bekerja sebagai?sales promotion girl?demimembantu perekonomian keluarga.
"Panggilan hati untuk jadi agen asuransi sangat besar. Berangkat dari pengalaman ayah yang kena stroke?dan?perekonomian keluarga morat-marit. Saat itu enggak punya asuransi. Saat sakit dan harus dirawat dua bulan di RS Prikasih ibu kelimpungan cari dana pengobatan. Mau tidak mau, semua aset yang sudah dikumpulkan puluhan tahun oleh bapak harus dijual satu per satu. Rumah, mobil, motor, dan bahkan saya yang udah siap kuliah di UI harus?ngalah?tidak kuliah dan harus kerja," jelasnya.
Ia memastikan asuransi memiliki banyak manfaat dan masyarakat semestinya sadar akan?manfaat dari asuransi tersebut.
"Saya berpikir seandainya bapak punya proteksi?kesehatan seperti asuransi atau keluarga yang ditinggalkan dengan proteksi asuransi jiwa maka perekonomian keluarga kami mungkin tidak akan separah saat itu. Berangkat dari sana, saya punya tekad kuat untuk membagikan sebanyak-banyaknya manfaat dan profit asuransi supaya tidak ada lagi keluarga yang merasakan seperti yang dulu keluarga saya rasakan," paparnya.
Ia mengatakan bahwa selain profesi mulia, agen asuransi jiwa juga merupakan profesi yang menjanjikan. Ia menyampaikan bahwa dari sisi pendapatan?profesi ini bisa memberi penghasilan yang tanpa batas.
"Kalau kita bandingkan kerja sebagai karyawan yang gajinya sudah pasti ditentukan oleh perusahaan maka agen asuransi jiwa punya?income?yang ditentukan oleh dirinya sendiri. Dulu waktu masih main-main (belum fokus jadi agen) memang belum kelihatan hasilnya, tapi sekarang penghasilan sudah Rp10 juta per bulan.?Leader?saya penghasilan sudah Rp50 juta per bulan," sebutnya.
Wanita yang berdomisili di Surabaya ini mengatakan tekad kuat juga dibutuhkan buat menghadapi para calon nasabah.
"Agen asuransi jiwa harus punya tekad kuat, kulit badak, mental baja, karena tidak semua nasabah yang kita datangi itu?welcome. Tidak semua orang yang kita ajak?sharing?itu menyambut dengan baik. Kita harus tahan banting di lapangan. Itu tekad kuat pertama dan tekad kuat kedua adalah percaya saja deh bahwa semua orang itu memang butuh asuransi. Hanya saja mereka belum sadar," tegasnya.
Ujung Tombak Perusahaan
Chief Executive Officer?(CEO) Generali Indonesia?Edy Tuhirman mengatakan profesi agen asuransi jiwa adalah?pekerjaan yang dapat mengantarkan seseorang kepada kesuksesan apabila dilakoni dengan serius. Ia tidak setuju dengan anggapan bahwa profesi agen asuransi sekedar pekerjaan sampingan.
"Ada kesalahan persepsi yang mengatakan kalau agen asuransi cuma pekerjaan sampingan. Agen sama dengan kita. Profesi Anda jurnalis, saya di?insurance company, ataupun dokter, ataupun?lawyer?itu adalah profesi. Profesi itu kan kita harus bangga karena kita punya?skill.?Nah, kita kasih mereka?tools?sehingga mereka terbantu dan merasa bangga bahwa?mereka?bukan agen biasa. Persepsi tentang agen ini mau kita kikis pelan-pelan. Ini adalah profesi yang harus kita hargai dan kita melihat beberapa agen kita keren-keren, wow dua tahun sudah bisa menyetir?mobil," katanya kepada?Warta Ekonomi?di Jakarta, akhir Oktober lalu.
Edy Tuhirman mengakui agen asuransi merupakan ujung tombak perusahaan. Untuk itu, ia membekali para agen dengan keterampilan dan?tools-tools?operasional untuk memudahkan pekerjaan.
"Memang, yang paling utama adalah?people.?Kita sudah ada 15.000 agen seluruh Indonesia dan itu bagaimana cara kita?upgrade?mereka. Bagaimana kita mengembangkan orang dan Generali?concern?dengan pengembangan orang. Jadi,?people?penting dan mereka akan lebih bagus jika didukung produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar, kebutuhan masyarakat kita. Dan kita dukung dengan proses yang benar. Proses yang benar itu misalnya kita bicara tentang polis online.?Kita?provide?mereka dengan?mobile application, kita melihat bagaimana ?cara mereka merekrut dengan media sosial," paparnya.
Senada,?Presiden Direktur Sun Life Financial Indonesia Elin Waty mengatakan profesi agen asuransi merupakan modal terpenting bagi perseroan. Ia memastikan profesi?ini tidak?semestinya cuma?dijadikan sebagai pekerjaan sampingan karena banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh agen asuransi.
"Kita mendidik agen kita supaya lebih?caring, professional, inspiring,?dan lebih?winning.?Kita banyak melakukan?development?kepada agen-agen kita. Kita ingin mereka naik kelas, jangan cuma jualan biasa.?Jadi agen, menurut saya, tidak gampang. Karena apa? Karena ada modul-modul training yang harus dia penuhi dalam tiga bulan pertama. Kalau dia tidak penuhi modul-modul itu, dia tidak boleh jualan,"?pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement