Bank Indonesia (BI) mengakui inflasi tahun 2017 bakal lebih tinggi bila dibandingkan tahun 2016, yang hanya mencapai 3,02% secara year on year (yoy) dan berada pada batas bawah kisaran sasaran inflasi BI yaitu sebesar 4?1% (yoy).
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, inflasi tahun ini diperkirakan akan berada di atas 4 persen. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan inflasi dari komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices).
"Kalau kita inflasinya kelihatannya memang ada di atas 4 persen. Tapi bentuk koordinasi seperti kita lakukan sekarang sudah identifikasi bahwa administered price di tahun? lalu memanh 0,21 persen, rendah, dan sekarang akan ada peningkatan," jelas Agus di gedung BI Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Dia menjelaskan meningkatnya inflasi komponen administered prices disebabkan karena pemerintah melakukan penyesuaian tarif dasar listrik untuk kategori 900VA dan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak.
Khusus untuk penyesuaian BBM, Agus menyebutkan bahwa hal itu juga dapat berdampak pada peningkatan inflasi komponen harga pangan bergejolak atu volatile food.
"Yang kita diskusikan adalah kalau ada penyesuaian BBM bisa menekan volatile food. Oleh karena itu voletile food yang harus kita jaga yang 5,9 persen yang dibandingkan tahun lalu itu juga ada sedikit kenaikan, itu kita harus bawa turun lebih rendah di 4-5 persen," ungkapnya.
Kendati ada peningkatan, dia meyakini inflasi tahun ini masih sesuai dengan range sasaran BI yakni 4 plus minus 1 persen. "Tapi kita tadi diskusikan ini juga bagian dari reformasi yang dilakukan di Indonesia, khususnya reformasi subsidi energi, itu akan membuat ekonomi Indonesia lebkh sehat. Jd secara umum kita konfidence dan jaga inflasi 4+-1 persen 2017 bahwa 2020 itu kita harapkan ke 3 +- 1 persen," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement