Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kementan: Waspadai Antraks Serang Sapi di NTB

Kementan: Waspadai Antraks Serang Sapi di NTB Peternak memberi pakan sapi potong dan brahman di pusat penggemukan sapi di Kuta Malaka, Aceh Besar, Aceh, Rabu (27/12). Menurut peternak untuk penggemukan sapi potomg atau sapi pedaging membutuhkan waktu selama enam bulan dengan memberi pakan dasar hijauan segar, seta dengan pemberian tambahan konsentrat dan air 1,5 persen dari berat sapi dan pakan yang mengandung protein antara 14 sampai 16 persen per hari. | Kredit Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warta Ekonomi, Mataram -

Kementerian Pertanian mewaspadai bakteri "bacillus anthracis" menyerang sapi yang dipelihara peternak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, karena daerah ini masih dinyatakan belum bebas dari penyakit antraks.

"Kami mewaspadai penyakit tersebut karena ini daerah endemik," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Peternakan Kementerian Peternakan, I Ketut Diarmitha, di Mataram, Kamis (2/1/2017).

Hal itu dikatakan pada acara rapat koordinasi nasional (rakornas) I membahas target tiga juta sapi indukan wajib bunting melalui program Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB).

Diarmitha menjelaskan, antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas.

Penyakit tersebut bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.

"Antraks itu sebenarnya penyakit di dalam tanah. Yang berbahaya sporanya karena bisa hidup hingga 40 tahun. Kalau musim hujan naik ke rumput yang menjadi makanan sapi," ujarnya.

Pihaknya memberikan perhatian besar terhadap NTB, khususnya di Pulau Sumbawa, karena merupakan salah satu penyangga sapi nasional, selain Jawa Timur dan Bali.

NTB setiap tahun memasok sapi bibit dan sapi potong ke berbagai provinsi di Indonesia. "NTB juga sudah memprogramkan satu juta sapi dan menjadi salah satu daerah sasaran program SIWAB," katanya.

Upaya untuk mencegah sapi diserang antraks, kata Diarmitha, adalah memberikan vaksin, terutama sapi yang dipelihara peternak di Pulau Sumbawa. Sedangkan di Pulau Lombok sudah dinyatakan bebas antraks. "Tidak ada jalan lain kecuali memberikan vaksin," ucapnya pula.

Upaya pencegahan penyakit pada sapi juga menjadi pembahasan di dalam rakornas, di samping masalah pakan dan air.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB drh H Aminurrahman mengatakan hingga saat ini pihaknya belum pernah mendapatkan laporan adanya sapi terserang antraks di Pulau Sumbawa.

Meskipun demikian, upaya mengajak peternak untuk memperhatikan kesehatan sapi dan kebersihan kandang terus dilakukan agar terhindar dari berbagai penyakit berbahaya dan menular kepada manusia.

"Selama berpuluh-puluh tahun sejak kasus yang terjadi belum pernah ada laporan lagi. Tetapi kami sosialisasikan kepada peternak untuk menjaga kesehatan sapi dan kandang," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: