Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketika Cireng Mendatangkan Uang Miliaran Rupiah

Ketika Cireng Mendatangkan Uang Miliaran Rupiah Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bisnis kuliner menjadi salah satu pilihan populer bagi?para pebisnis. Kemudahan mendatangkan keuntungan?merupakan?alasan para pengusaha memilih bisnis kuliner. Keanekaragaman kuliner Indonesia juga masih memiliki potensi untuk dieksplorasi.

Salah satu bisnis kuliner berbasis makanan tradisional Indonesia adalah Cireng Salju yang dirintis oleh Najib Wahab Mauludin. Cireng Salju sejauh ini telah menghasilkan omzet hingga miliaran rupiah.

Tim redaksi Warta Ekonomi yang terdiri dari reporter Cahyo Prayogo dan fotografer Agus Aryanto berkesempatan untuk mewawancarai Najib Wahab Mauludin di Jakarta, akhir 2016 lalu, untuk mengetahui resep dan kesuksesan bisnis Cireng Salju.

Kenapa memilih bisnis cireng?

Saya senang makan cireng sejak kecil. Kemudian kenapa cireng? Karena menurut saya modalnya murah dan memang ingin konsen di bisnis makanan. Ternyata memang keuntungannya lumayan besar, bisa 60-70% pada saat dikerjakan sendiri. Tapi, sejak membangun tim ke arah manajemen, profit untuk pribadi jelas menurun karena harus dibagi-bagi.

Bagaimana awal memulai?bisnis Cireng Salju?

Di tahun 2011 saya masih karyawan dan berjualan cireng adalah sambilan. Pada saat kerja saya masih bisa nyambi. Banyak yang suka Cireng Salju ini. Banyak yang repeat order. Penghasilannya lumayan, lebih dari penghasilan kerja.

Dulu saya pernah jualan juga. Jualan bubur ayam. Punya dua kios, lumayan. Sekarang sudah tidak (jualan bubur ayam). Fokus usaha saya di 2013 akhir. Saya resign sebagai pekerja. Jadi 2011 itu bisnisnya masih di ruangan. Hanya beberapa pack?saja. Asalnya saya sendiri yang membuat sama istri utnuk memenuhi permintaan dari customer?yang merupakan teman-teman kantor. Tapi, dengan banyaknya repeat order?terus saya coba-coba masukkan ke pasar karena pada saat itu ada pasar dekat rumah.

Akhirnya, saya menambah dua orang pekerja karena saya juga harus bekerja dan pulang sore. Pada saat itu saya mencoba untuk menaikkan kapasitas produksi. Sekitar tahun 2012 repeat order?semakin banyak dan saya coba untuk mengontrak rumah, dekat rumah juga. Rumah kontrakan tersebut khusus untuk produksi.

Di sana Alhamdulillah, permintaan terus datang dari mana-mana. Padahal, pada saat itu pemasaran masih konvensional, dari tetangga, saudara, dan teman-teman kantor. Terus saya jalani. Kenapa saya namakan bisnis ini Cireng Salju? Karena seperti bola salju yang terus menggelinding dan lama-lama menjadi besar semakin?besar. Ini menjadi bisnis yang mungkin menjanjikan ke depannya.

Alhamdulillah di 2013, kebetulan saya kedatangan?partner dua orang. Jadi, di bisnis salju ini ada tiga orang. Saya?fokus di proses produksi. Terus Mas Dimas (Dimas Aritejo) fokus di bidang?marketing.?Untuk keuangan itu ada Mas Catur (Catur Gunandi). Di 2013 kita punya tim yang solid, kita jajaki ke ranah online dan offline.

Kenapa bisa besar? Karena di sana itu kita pegang yang namanya distributor. Saat ini di Indonesia ada sekitar 25 distributor. Semua kota kita ada semua. Di sana kita support darisisi online dan offline. Kita benar-benar support buat online. Kita juga batasi setiap distributor?itu sebisa mungkin tidak melintas wilayah. Setiap distributor punya kenyamanan untuk berjualan produk kita. Dan kita menyediakan benefit-benefit.

Pada tahun 2013 kita mulai membuat mesin-mesin produksi. Kita custom?karena memang cireng ini unik. Jadi adonannya itu lengket banget. Makanya bisa empuk juga. Jadi kalau mesinnya kurang bagus, pasti menempel. Makanya kita dapat, mungkin satu-satunya di Indonesia yang punya mesin pembuat cireng.

Berapa modal awal?

Modal awal Rp100 sampai 500 ribu. Pada tahap pengembangan awal memang kita pernah pinjam sama teman. Sistem bagi hasil. Tahun 2015 lunas semua.

Bagaimana strategi pemasaran Cireng Salju?

Cireng dipasarkan dalam bentuk kemasan melalui distributor, agen, dan reseller ke wilayah Jawa Barat, Semarang, Kalimantan. Customer-nya harus menggoreng sendiri. Selain cireng, juga ada Cilok Salju dan Cuanki Salju. Jadi pada saat di 2013, kita cari distributor-distributor dulu, enggak concern?ke customer. Jadi misalkan yang di Bandung ada "Najib, saya mau beli cireng". Ternyata ada customer yang repeat-nya luar biasa. Pesan 50, pesan 100, 200, 300. Itu?bibit yang bisa dijadikan distributor. Jadi, pada saat ada customer yang ingin membeli, kita lemparkan ke distributor tersebut.

Nah, distributor di bawahnya ini punya agen, agen punya reseller, baru ke customer. Jadi, banyak. Itu sengaja kita jembatani seperti itu. Biar jaringannya lebih luas. Jadi, agen sendiri bisa fokus. Di Bandung itu kan banyak kecamatan, jadi sebarkan juga agen. Di sana juga agenpun, misalkan kecamatannya ACDB, ternyata ada kantor ni. Nah, di sana ada reseller. Jadi, benar-benar kita memperhatikan sampai ke arah sana.

Kita lebih senang untuk mendidik distributor-distributor daripada masuk ke supermarket. Lebih baik masuk distributor. Kenapa? Karena ternyata lewat distributor itu lebih menguntungkan. Kita sudah timbang-timbang. Jadi, keuntungannya yang pertama itu kita fresh?money. Kita jualnya khusus dengan distributor. Jadi, barang kirim langsung bayar. Kalau supermarket itu ada konsekuensinya, retur, dan lain-lain.

Kenyamanan distributor itu kita bisa menjaga. Jadi, pengiriman barang ke distributor itu benar-benar aman. Misalkan di perjalanan ada masalah, kita tetap ganti, barang dalam dua hari enggak bagus, kita ganti, tiga hari enggak bagus, kita ganti. Jadi itu benar-benar kenyamanan.

Ada berapa distributor saat ini?

Ada 45 distributor dan kita bina juga buat mereka supaya?grow up. Yang jelas kita menjual, kalau profitnya itu sudah kita patok distributor itu. Kita juga bantu prospect semua customer yang diarahkan ke mereka. Diam saja, kasarnya, dia sudah kita kasih pasar. Itu yang pertama. Kemudian yang keduanya, masalah kemudahan dari online. Kita semua biaya online, kita support juga buat distributor. Dan khusus pendukung dari semua distributor kita support juga. Misalkan ada pameran, atau ada acara bazaar, kadang kita support.

Dari Sabang sampai Merauke sudah ada distributor. Ada Bali, Pontianak, Palembang. Palembang sendiri pun yang notabenenya mungkin di sana makanan populer pempek. Distributor itu biasanya yang repeat order, misalnya buat dia, buat keluarga, buat teman-temannya. Lama kelamaan ternyata dia bisa jualan lagi.

Apa sebenarnya filosofi ?dari nama salju?

Bola salju yang menggelinding putih, bersih. Produk kita mencerminkan salju. Bola salju ketika terus menggelinding maka lama-kelamaan akan menajdi besar dan salju mudah diingat orang.

Berapa harga jual per bungkus dan berapa omzet per bulan?

Rp22.000 sampai Rp25.000 per bungkus untuk cireng dan cilok. Cuanki Rp15 sampai Rp17 ribu. Omzet bisa mencapai Rp1 hingga 1,5 miliar rupiah per bulan.

Bagaimana menjaga stabilitas bisnis cireng salju?

Dalam bisnis pasti ada masa-masa turunnya. Saya pernah rugi besar pada tahun 2015. Itu rugi ratusan juta, enggak heran ratusan juta. Jadi sagu yang dikirimkan itu kurang bagus karena mungkin cuaca. Faktor bahan baku lost control pada saat itu. Sehari aman, tapi dua sampai tiga?hari ternyata basi, jelek. Dari Senin sampai Jumat baru ketahuan. Distributor komplain?semua.

Dari sisi pesaing tidak ada masalah karena pasti bisnis banyak pesaing. Alhamdulillah, mungkin harga cireng kita yang termahal, tapi pasar selalu ada.

Apa yang menjadi kendala dalam berbisnis cireng?

Yang jadi kendala adalah mungkin mencari SDM yang pas karena enggak mungkin semua kita yang melakukan. Makanya di 2017 tujuan perusahaan adalah mencari SDM yang bagus supaya produk kita bisa mengglobal. Saat ini sih Cireng Salju sudah masuk ASEAN, tapi kita fokus dulu. Di Indonesia sebenarnya masih luas potensinya.

Apa yang menjadi faktor pendorong untuk berwirausaha?

Waktu bersama keluarga tidak bisa didapat jika bekerja sebagai karyawan. Itu faktor kenapa saya ingin keluar kerja dan fokus berbisnis. Saya juga lebih suka bertemu orang, bersosialisasi, bernegosiasi, itu faktor kenapa bisnis menjadi pilihan ke depan.

Ada tips bagi?pengusaha pemula?

Fokus. Bisnis mana yang bisa. Apalagi saya bisnis pemula. Misalkan kita mau berbisnis dan dalam tiga bulan itu rugi maka lebih baik tinggalkan. Jangan sampai berlarut-larut dalam bisnis itu. Cepat, menghasilkan, dan mudah. Bisnis itu semua orang bisa. Bisnis itu bukan modal dulu, yang penting jualan dulu. Modal Rp100ribu ajas bisa jadi besar. Kalau modal mah nomor berapa. Tempat juga bisa di mana saja. Yang penting punya supertim dulu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: