Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mantan Karyawan Pertamina Ini Sukses dari Jualan Cireng

Mantan Karyawan Pertamina Ini Sukses dari Jualan Cireng Pemilik bisnis Cireng Salju Najib Wahab Mauluddin. | Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berawal dari bisnis kecil yang hanya dijalankan sebagai usaha sampingan, berjualan cireng?ternyata mampu mendorong Najib Wahab Mauluddin?untuk melepas statusya sebagai karyawan di perusahaan besar. Sebelumnya ia pernah melakoni pekerjaan di Astra Daihatsu dan Pertamina.

Najib beranggapan bahwa keterikatan seorang karyawan terhadap perusahaan akan membuat waktu bersama keluarga tersita banyak. Sementara, menurutnya, waktu bersama keluarga adalah hal?yang sangat berharga dan tidak dapat?tergantikan dengan materi.

Dengan bisnis cireng?yang dimulai bersama dengan sang istri, Fina Quarterina, kini Najib mampu membuka lapangan pekerjaan bagi puluhan tenaga kerja. Meski di awal mula berbisnis Najib masih berstatus karyawan dan memproduksi cireng salju di sela-sela?waktu bekerja, namun repeat order dari pelanggan membuat Najib berpikir untuk fokus menjalankan bisnis.

Pada tahun 2011 banyaknya repeat order dari teman kerja dan tetangga membuat Najib harus menambah pekerja. Pada saat itu ia baru memiliki dua orang pekerja.

Di tahun 2012 permintaan terhadap cireng yang dibuat semakin meningkat. Najib pun mencoba untuk menaikkan kapasitas produksi. Seiring berjalan waktu, bisnis yang ia bangun ternyata?terus menanjak dan ia?memutuskan untuk menyewa rumah kontrakan yang bisa ia jadikan pabrik kecil. Kapasitas produksi yang semakin besar membuat ia mampu memenuhi permintaan pasar yang terus bertambah.

Mencoba tekun dalam menjalankan bisnis makanan tradisional, Najib pun melihat peluang yang menjanjikan untuk jangka panjang. Baginya, bisnis kuliner adalah bisnis yang tidak pernah mati.

Tepat di tahun 2013, Najib memiliki tim yang merupakan sahabatnya sendiri dan diakuinya sangat solid. Dua orang sahabat tersebut ialah Dimas Aritejo yang memegang peran sebagai marketing?lalu Catur Gunandi di bagian keuangan. Adapun,?Najib fokus di ranah produksi. Tim tersebut ia namakan sebagai supertim yang akan membuat bisnis cireng?menjadi sebuah bisnis yang dikelola secara profesional.

Dengan keberadaan supertim, Najib lebih mudah menjalankan ide-ide baru dalam berbisnis, seperti menjajaki ranah pemasaran online dan offline. Bisnis cireng tersebut tumbuh menjadi sebuah perusahaan besar di bawah nama PT Bonju Indonesia Mas. Mendidik dan melahirkan para distributor di berbagai daerah mampu membuat usaha tersebut semakin besar. Berbagai kebutuhan pemasaran juga sangat diperhatikan.

Produk yang dihasilkan kini memiliki brand, yakni Cireng Salju. Ketika bisnis Cireng Salju dapat dikelola secara profesional, maskot dan kemasan pun turut mengalami perubahan menjadi lebih menarik dan filosofis. Adapun, filosofi dari nama "Bonju" yaitu berasal dari singkatan boneka salju. Najib memilih nama salju karena bisnisnya seperti bola salju yang terus bergulir semakin lama semakin besar.

Cireng Salju juga memiliki maskot yang bernama "Mang Bonju". Mang adalah panggilan khas dari tanah Sunda, sedangkan Bonju yang berarti boneka salju tersebut pun menjadi maskot Cireng Salju yang mampu menarik perhatian masyarakat jika digabungkan. Selain itu, nama Mang Bonju juga menjadi simbol semangat keceriaan, persahabatan, dan keinginan kuat untuk tumbuh dan besar serta memberikan manfaat kepada semua stakeholder.

Selama menjalankan bisnis Cireng Salju, Najib mengaku belum pernah merasakan penurunan jumlah permintaan pasar. Justru permintaan pasar terhadap produk Cireng Salju semakin hari semakin meningkat. Kerugian yang pernah ia hadapi bukan tentang kemerosotan permintaan, tetapi kecelakaan produksi yang disebabkan oleh buruknya kualitas bahan baku.

Kejadian tersebut terjadi di tahun 2015 dan diakui Najib sebagai sebuah lost control terhadap pasokan bahan baku sagu. Kualitas sagu yang buruk tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang baik karena buruknya bahan baku mengakibatkan cireng yang diproduksi memiliki daya tahan yang sebentar. Cireng Salju yang biasanya bertahan 4 sampai 5 hari, pada saat itu hanya 2 sampai 3 hari. Distributor pun banyak komplain dan membuat Najib harus mengganti rugi semua produk dan ongkos pengiriman yang telah sampai di tangan distributor. Kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

Dengan manajemen yang sudah tertata rapi dan terus dilakukan evaluasi, Najib pun mampu mengembalikan stabilitas perusahaan bersama "supertim" dengan baik. Extra control pun dilakukan dalam berbagai aktivitas produksi, termasuk menerima pasokan bahan baku.

Hingga saat ini PT Bonju Indonesia Mas masih terus eksis dengan berbagai inovasi yang menarik. Bahkan, sudah banyak planning di 2017 yang sangat kreatif, seperti gerai dan penambahan jumlah pabrik. Hal tersebut sebagai upaya untuk lebih membesarkan nama Cireng Salju.

Hingga saat ini omzet Cireng Salju telah menembus angka Rp1 hingga Rp1,5 miliar per bulan. Hasil yang melimpah pun tidak serta-merta dinikmati Najib bersama tim dengan cuma-cuma. Kewajiban untuk berzakat dan bersedekah dengan menyisihkan 10% dari omzet adalah hal yang tidak lupa ia lakukan. Najib meyakini bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama. Zakat yang berarti subur dan tumbuh juga diyakininya sebagai penyubur harta dan pembuka jalan rezeki.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: