Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Upaya KKI Sejahterakan 7.000 Anggota

Upaya KKI Sejahterakan 7.000 Anggota Kredit Foto: Ferry Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kemiskinan masih jadi persoalan serius bagi masyarakat Cilincing, DKI Jakarta. Ribuan orang terpaksa hidup dengan tingkat pendapatan minim serta kebutuhan pangan yang mahal. Bahkan, beberapa orang hidup tanpa memiliki penghasilan tetap.

Situasi ini menggugah hati beberapa pemuda untuk turun tangan mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi di Cilincing. Salah satu lembaga yang didirikan oleh pemuda Indonesia, yaitu Koperasi Kasih Indonesia (KKI).

Reporter Warta Ekonomi Ning Rahayu berkesempatan untuk mewawancarai Sandra Surya, Divisi Pengembangan di Koperasi Kasih Indonesia untuk menggali informasi mengenai aksi wirausaha sosial KKI di Cilincing, Jakarta Utara.

Bisa diceritakan awal berdirinya KKI?

KKI didirikan oleh Leon (Leonardo Kamilius) dan Lusi (Lucyana Siregar). Saat itu Leon sedang bekerja di sebuah perusahaan internasional. Kemudian Leon merasa terpanggil untuk membantu sesama dengan cara-cara yang signifikan. Itu bermula dari dia membantu korban bencana di Padang. Saat itu Leon memutuskan untuk keluar dari perusahaannya dan berpikir apa yang harus saya lakukan, namun saat itu belum ada caranya.

Nah, saat itu mereka melihat ada Grameen model yang digagas oleh Muhammad Yunus, seorang pemenang nobel ekonomi. Beliau mengusung model mikro kredit. Jadi, Leon mengadopsi model tersebut untuk digunakan di Indonesia. Tetapi, tentu awalnya belum seperti sekarang. Saat itu KKI masih seperti LSM. Kerjanya membina masyarakat. Berjam-jam untuk menyemangati ibu-ibu, mengedukasi ibu-ibu, tapi tidak ada dampak finansialnya.

Maka kami mencari cara bagaimana mengedukasi, tetapi tetap dalam waktu yang bersamaan ada dampak finansialnya juga. Makanya berkembang sampai sekarang. Bagaimana KKI memberikan pinjaman, edukasi, dan juga tabungan secara berbarengan.

Bagaimana modal awal untuk menjalankan KKI?

Rp50 juta uang pribadi Leon, tapi banyak dari kenalan Leon bersimpatik dan mendukung melihat gerakan Leon. Sampai pada dua tahun pertama dikumpulkan donasi sampai Rp2 miliar. Ini yang digunakan modal awal KKI.

Kenapa berlokasi di Cilincing?

Karena menurut Badan Penanggulangan Kemiskinan, Cilincing adalah sisi termiskin di Jakarta. Ada sekitar 22.000 keluarga kurang mampu di sini. Kemudian ada pekerja sosial juga di sini, jadi lebih mudah.

Apa hanya diperuntukkan bagi warga Cilincing?

Untuk saat ini demikian.

Hambatan apa yang dihadapi selama menjalankan bisnis KKI?

Hambatannya banyak. Di sini isinya anak-anak muda. Jadi, level manajemen, paling tua di usia 31-32. Kemudian kami juga tidak punga backing yang di mana kami tumbuh dengan sangat organik. Kami mengembangkan sistem sendiri, tidak bisa membayar konsultan dan untuk finansial kami datang dari kebaikan orang-orang di sekeliling kami.

Di beberapa tahun pertama, banyak yang mendukung dan percaya kepada kami sehingga bisa bertumbuh. Kesulitan selanjutnya ada di pengembangan sistem itu sendiri, bagaimana mengembangkan sistem yang bisa bertumbuh besar. Tentu kita punya cita-cita ini akan tumbuh lebih besar. Tantangannya adalah bagaimana kita mengembangkan model untuk bisa menjadikan lebih besar.

Bisnis kami juga pernah mengalami fase jatuh dan bangun. Salah satunya ketika istri Leon ingin melahirkan, Leon hanya memiliki uang Rp300 ribu. Kemudian dia bertanya kepada temannya, apakah koperasi harus dilanjutkan? Karena pada saat di tahun kedua itu, anggota hanya berjumlah sekitar 600 orang. Kemudian jawabannya adalah mencari side job untuk mencari pemasukan tambahan dan koperasi jangan ditutup.

Akhirnya, koperasi tidak ditutup, tapi di tahun selanjutnya penargetan hingga 2.000 anggota. Jika target tidak tercapai maka koperasi akan tutup. Tapi, ternyata jumlah anggota tembus ke angka 3.000 orang. Kemudian setelah itu yang dialami adalah tantangan sampai memiliki anggota 7.000 sampai 8.000 anggota.

Kondisi sepertinya mengharuskan untuk kita melakukan pengurangan anggota atau nasabah. Itu keputusan yang sulit karena staf kita ternyata belum mampu menopang pertumbuhan yang sebegitu cepatnya. Akhirnya, kita tetap mengurangi anggota dan sekarang ada di level 7.000.

Apakah tidak ada bantuan dari pemerintah?

Mungkin belum. Mungkin karena skala kita lebih kecil. Kalau perizinan, koperasi itu sesuai hukum harus ada yang namanya anggota. Jadi, semua yang meminjam dan menabung itu statusnya anggota. Jadi, kita mengikuti Undang-Undang 1992, kemudian ada undang-undang yang baru. Jadi, kita saat itu mau mengikuti undang-undang, tapi tiba-tiba itu diganti lagi ke UU 92. Akhirnya, kita kembali lagi ke UU 92. Jadi, KKI ini belum 100% patuh hukum karena adanya perubahan-perubahan yang tidak kita ketahui.

Tapi, ke depan kita akan mengonsepsi calon anggota menjadi anggota. Saya harap pemerintah bisa lebih baik dalam kejelasan hukum.

Bagaimana strategi pemasaran yang digunakan?

Dari mulut ke mulut dan turun langsung menemui masyarakat, mengajak ibu-ibu berkelompok untuk menjalankan sistem koperasi pinjaman kelompok. Pinjaman diperuntukan untuk ibu-ibu saja. Ibu-ibu yang mempunyai usaha sendiri. Minimal enam bulan, baru kita bisa berikan pinjaman.

Perbedaan KKI dengan koperasi lain?

Biasanya lembaga keuangan mikro lain hanya memberikan pinjaman dan tabungan. Tapi, di KKI kita juga akan memberikan edukasi karena yang bisa membuat perubahan lebih besar adalah di pola pikiri. Kami ingin membawa mereka keluar dari kemiskinan secara permanen dari pola pikir dan perilaku yang lama ke yang baru. Mengingatkan anggota tentang cita-cita atau mimpi untuk memotivasi.

Tabungan tersebut bisa mereka gunakan untuk mewujudkan mimpi dan tidak kembali miskin. Kami betul-betul ingin membuat perubahan hidup nasabah kami dengan tabungan, pinjaman, dan edukasi. Tabungan juga terbagi dua, yaitu sukarela dan wajib. Tabungan wajib dibayarkan beserta cicilan per minggu setelah mereka meminjam.

Kemudian dari cicilan tersebut juga sudah ada tabungannya yang akan dikembalikan setelah 25 minggu. Akhirnya, mereka jadi mau menabung sukarela yang dapat diambil kapan saja. Seribu rupiah pun kita terima karena yang ingin dibentuk adalah kebiasaannya, bukan jumlahnya.

Bagaimana manajemen resiko yang dilakukan KKI?

KKI ada manajemen risiko yang berlapis. Banyak hal dibuat agar sistem ini kuat. Ketika ada ibu-ibu yang bermasalah maka yang menutupi adalah kelompoknya karena kita memberikan pinjaman ke dalam kelompok. Ibu-ibu yang memilih temannya sendiri. Kemudian jika salah satu tidak membayar maka teman yang lain sudah sepakat untuk membayar.

Jadi, ketika mereka mau masuk menjadi anggota, ada tim yang akan melakukan survei kepada calon anggota tersebut. Setelah disurvei dengan tim maka akan disurvei kembali oleh kepala cabang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Ketika sudah sesuai, baru dicairkan pinjamannya. Syaratnya adalah ikut dua kali training dan acara pengesahan.

Bagaimana pengelolaan dan pengembangan SDM?

Yang bekerja di sini banyak dari kalangan broken home, ada yang awalnya bekerja di pabrik, tapi tidak ada kemajuan. Ketika bekerja di sini, mereka bisa membeli motor dan sebagainya. Yang bekerja rata-rata lulusan SMA. Memang sulit untuk mempertahankan mereka karena meski sudah diberikan edukasi terkadang mereka ada yang keluar dari sini.

Kami berupaya supaya mereka lebih rileks dalam bekerja. Kalau di pabrik, tidak ada yang mengedukasi mereka sehingga tidak bisa berkembang.

Apakah ada kerja sama dengan asuransi atau bank?

Ada. Kami bekerja sama dengan Allianz.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: