Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nah Lho, Wapres Filipina Kecam Kebijakan Perang Narkoba Duterte

Nah Lho, Wapres Filipina Kecam Kebijakan Perang Narkoba Duterte Kredit Foto: Antara/Reuters/Romeo Ranoco
Warta Ekonomi, Manila -

Wakil Presiden Filipina Leni Robredo dalam sebuah video yang dikirim kepada PBB, mengecam kebijakan perang terhadap narkoba dari Presiden Rogdrigo Duterte yang membuat ribuan nyawa melayang.

Robredo mengatakan bahwa narkotika dan obat-obatan terlarang adalah persoalan kesehatan publik yang tidak bisa diselesaikan "hanya melalui peluru." Lebih dari 8.000 orang telah tewas sejak Duterte melancarkan perang melawan narkoba saat resmi menjadi presiden pada 30 Juni tahun lalu. Selain itu, sekitar 2.500 tewas di tangan para polisi yang mengaku terpaksa mengeluarkan tembakan untuk membela diri.

Sejumlah organisasi pembela hak asasi manusia mengatakan bahwa ribuan kematian itu merupakan pembunuhan ekstra judisial yang diperintahkan oleh polisi. Pihak kepolisian sendiri membantah tudingan tersebut.

Dalam sebuah video yang akan diperlihatkan pada Kamis dalam pertemuan tahunan Komisi PBB untuk Narkoba di Jenewa, Robredo menentang kebijakan Duterte. Warga Filipina saat ini "tidak punya harapan maupun pertolongan," kata dia.

"Jumlah kematian akibat pembunuhan terkait narkoba terus naik," kata Robredo dalam video yang juga diunggah di media sosial YouTube tersebut.

"Kita sekarang harus menyaksikan statistik yang sungguh memprihatinkan. Sejak Juni tahun lalu, lebih dari 7.000 orang tewas tanpa persidangan yang adil. Rakyat kami sangat membutuhkan lingkungan yang aman," kata Robredo.

Pemerintah hingga kini tidak berkomentar mengenai pernyataan Robredo tersebut.

Robredo adalah salah satu dari sedikit tokoh politik elit yang secara terbuka menentang kebijakan Duterte.

Sebagian besar para pengkritik Duterte harus menghadapi pembunuhan karakter dan didiskreditkan oleh sang presiden sendiri dan orang-orang terdekatnya.

Duterte juga mengaku tidak ragu untuk mempermalukan pemimpin negara asing yang berpendapat berbeda.

Hubungan Robredo dengan Duterte memang sudah sejak lama memanas. Sang wakil presiden tidak pernah diundang dalam rapat kabinet, dan keduanya jarang bertemu.

Robredo berasal dari partai yang berbeda dan bukan merupakan tokoh pilihan Duterte. Keduanya terpilih dalam pemungutan suara yang berbeda--kontras dengan Indonesia di mana presiden dan wakilnya dipilih dalam satu paket.

Robredo sempat meminta agar pemerintah lebih transparan dalam kebijakan narkoba dan meragukan statistik Duterte terkait pengguna obat-obatan terlarang. Duterte pernah mengatakan bahwa empat juta orang Filipina sudah menjadi "budak" narkoba.

Menurut Robredo, persoalan narkoba sangat terkait erat dengan kemiskinan dan ketimpangan sosial. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: