Bermaksud menciptakan kinerja yang moncer, banyak bank memasang target kreditnya dengan tinggi. Namun hal tersebut justru berbalik pahit dalam fungsi pengawasan internalnya, maklum guna mengejar target yang diharapkan, banyak standard operating procedure (SOP) yang dilewatkan agar semuanya dapat berjalan mulus.?
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Eko Listyanto mengatakan target kredit dan juga jumlah simpanan perbankan harus dibuat lebih realistis. Hal itu bertujuan agar tekanan yang dialami oleh pegawai bank dapat jauh berkurang.?
"Jangan sampai karena target-target tersebut membuat mereka (pegawai bank) melakukan diskresi kebijakan yang berlebihan dalam kredit," katanya kepada wartawan awal pekan ini.
Lebih lanjut dirinya mengatakan karena dua sisi tersebut memiliki keterkaitan yang sangat kuat, baik itu target dan juga aturan. Di samping itu, jika dilihat dari sisi regulator, kebutuhan pengawas bank yang dimiliki oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga dinilai Eko masih banyak kekurangannya, mulai dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Untuk membentuk satu orang pengawas bank, lanjut Eko dibutuhkan pengalaman bertahun-tahun, sehingga dari sisi sumber daya manusia dan juga regulator hal tersebut menjadi ceruk tersendiri yang kerap dimanfaatkan oleh oknum yang ingin berbuat "nakal" di bank.?
"Selalu ada risiko ketiga gas diinjak lebih kencang, sementara rem dikendorkan," tambah Eko. Seperti yang terjadi pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), sepanjang tahun ini perseroan menargetkan dapat mengantongi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 20% hingga 22%, hal itu dilakukan guna mengejar target pertumbuhan kredit yang dipatok di angka 18% hingga 20%.?
Target tersebut terbilang cukup ambisius, mengingat OJK saja selaku regulator hanya memproyeksikan pertumbuhan kredit di angka 10% hingga 12%.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Dewi Ispurwanti
Advertisement