Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta membuat Gerakan Indonesia Membaca sebagai salah satu upaya pemerintah setempat dalam rangka mewujudkan Yogyakarta sebagai kota literasi.
"Pengembangan literasi tidak hanya dilakukan di sekolah formal dan nonformal saja, tetapi juga dilakukan masyarakat. Tujuannya, agar program literasi itu berkelanjutan," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana di saat pencanangan Gerakan Indonesia Membaca di Yogyakarta, Sabtu (6/5/2017).
Baca Juga:?Belbuk.com, Beli Buku Semudah Klik | Review
Di sekolah, kegiatan literasi dilakukan melalui berbagai kegiatan di antaranya membaca buku selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, menyediakan pojok buku di kelas, hingga pelatihan menulis untuk siswa.
Sedangkan, di tengah masyarakat, upaya untuk meningkatkan budaya baca dilakukan dengan membentuk Kampung Literasi di Kampung Tegalpanggung, serta membentuk Kampung Sains di Kampung Karangkajen bekerja sama dengan Universitas Ahmad Dahlan.
Selain itu, lanjut dia, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta juga menyusun rencana aksi untuk mewujudkan Yogyakarta sebagai kota literasi yang berdaya saing dengan penguasaan pada enam dasar literasi yaitu literasi baca tulis, berhitung, sains, teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, serta literasi budaya dan kewarganegaraan.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasanaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Emi Emilia mengatakan, penguasaan terhadap literasi sangat penting karena akan meningkatkan daya saing suatu bangsa.
"Pengembangan literasi bisa dimulai dari keluarga. Anak yang sejak dini terbiasa membaca sehingga memiliki budaya literasi akan berkembang menjadi generasi yang berkualitas dan berdaya saing," katanya.
Setelah dari keluarga, lanjut Emi, literasi dikembangkan di sekolah melalui berbagai kegiatan. "Saya lihat, pengembangan literasi di sejumlah sekolah di Kota Yogyakarta sudah sangat mengesankan. Siswa bisa menulis dan membuat buku," katanya.
Ia pun meminta agar budaya literasi tidak hanya ditekankan kepada siswa tetapi juga guru di sekolah. Guru diharapkan mampu membuat sebuah buku. "Tentunya, guru juga harus banyak membaca jika ingin membuat buku," katanya.
Sedangkan, Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta Titik Sulastri mengatakan, pemerintah akan memberikan dukungan penuh untuk mewujudkan Yogyakarta sebagai kota literasi.
"Kami siap menyukseskannya. Ada banyak kegiatan seperti pembentukan kampung literasi, pameran literasi hingga menyediakan pojok baca di halte Transjogja. Harapannya, budaya membaca semakin berkembang di masyarakat Kota Yogyakarta," katanya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko menyebut, jumlah pemustaka yang berkunjung ke Perpustakaan Kota Yogyakarta semakin meningkat.
"Sejak awal tahun ini sekarang, jumlah pemustaka rata-rata 1.400 orang per hari. Angka itu termasuk pemustaka yang memanfaatkan perpustakaan keliling kami," katanya.
Dengan demikian, lanjut Wahyu, minat baca warga Kota Yogyakarta cukup tinggi dan diharapkan akan terus meningkat di masa depan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait:
Advertisement