Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rekening Pembiayaan Syariah di Sulsel Tumbuh 27,25 Persen

Rekening Pembiayaan Syariah di Sulsel Tumbuh 27,25 Persen Kepala Kantor Region VI Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Maluku Papua (Sulampua) Bambang Kiswanto di Makassar, Sulawesi Selatan. | Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Kepala Kantor Region 6 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampua) Bambang Kiswono mengungkapkan jumlah rekening pembiayaan syariah di Sulsel terus meningkat. Secara tahunan, tercatat pertumbuhan 27,25 persen (yoy) di tengah melambatnya pertumbuhan aset bank umum syariah.

"Jumlah rekening pembiayaan syariah sudah mencapai 75.456 rekening atau tumbuh 27,25 persen," kata Bambang di Makassar, belum lama ini.

Seiring dengan itu, Bambang menyebut pertumbuhan positif juga dicatatkan jumlah rekening dana pihak ketiga atau DPK syariah. Pertumbuhannya mencapai 397.483 rekening atau naik 13,11 persen. Pembiayaan syariah juga mencatatkan kinerja positif, meski tidak begitu signifikan. Pertumbuhannya tercatat 2,2 persen (yoy) dengan market share terhadap total aset industri bank umum sebesar 5,12 persen. Capaian tersebut masih di atas angka nasional sebesar 5,07 persen.

Selanjutnya, Bambang menuturkan intermediasi bank umum syariah juga masih berada pada level yang tinggi dan mengalami peningkatan menjadi 148,19 persen. Yang tidak kalah menggembirakan, kata dia, adalah nonpermorfing loan (NPL) alias kredit macet atas pembiayaan syariah tetap terjaga pada angka 2,31 persen.

"Perkembangan aset bank umum syariah di Sulsel memang melambat dengan pertumbuhan -4,49 persen, tapi indikator DPK-nya tumbuh cukup tinggi hingga 14,19 persen dan pembiayaan juga masih tumbuh 2,2 persen," jelas Bambang.

Disinggung mengenai melambatnya pertumbuhan aset perbankan syariah, Bambang menyebut ada tiga faktor yang mempengaruhi di antaranya minimnya literasi tentang perbankan syariah pada masyarakat, keterbatasan sumber daya manusia, dan minimnya pelayanan informasi teknologi jasa keuangan syariah.

Bambang mengungkapkan layanan perbankan konvensional memang jauh lebih memadai dan menjangkau nasabah hingga ke pelosok daerah. Berbeda dengan perbankan maupun jasa keuangan syariah yang masih terpusat di perkotaan. Semua itu, lanjutnya, menjadi pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan ke depan.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel Wiwiek Sisto Widayat mengungkapkan posisi pembiayaan perbankan syariah di Sulsel pada Maret 2017 tercatat Rp5,91 triliun atau tumbuh 1,60 persen (yoy). Pertumbuhan pembiayaan tertinggi dicatat oleh pembiayaan konsumsi sebesar 6,55 persen (yoy).

"Adapun pembiayaan modal kerja dan investasi malah mengalami kontraksi, masing-masing sebesar -2,58 persen (yoy) dan -5,39 persen," ucap Wiwiek.

Berdasarkan lapangan usaha, menurut Wiwiek, pertumbuhan pembiayaan tertinggi dicatat pada lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial mencapai 209,87 persen (yoy). Disusul lapangan usaha jasa perorangan yang melayani rumah tangga (58,71 persen) dan lapangan usaha konstruksi (39,64 persen).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: