Sejumlah guru honorer dan guru berstatus aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten Bandung, Subang, dan Purwakarta menjalani ibadah umrah bersama Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dan keluarganya, Senin (15/5/2017). Sedianya, politisi Partai Golkar yang digadang-gadang maju di Pilkada Gubernur Jabar ini akan berada di Tanah Suci hingga sepekan ke depan.
Satu di antara guru itu, yakni Epon Kania (70) asal Kampung Sukadaya Desa Sukasari Kabupaten Subang. Sekitar 1970-an, Epon adalah guru SD Dedi yang lahir di Subang. Tak dinyana, Epon yang usianya kini sudah setengah abad lebih bisa berangkat umrah bersama orang nomor satu di Purwakarta itu.
"Saya sih enggak menyangka bisa diumrahkan sama Dedi, murid saya dulu waktu masih kelas satu," kata Epon di Purwakarta.
Uniknya, Epon adalah satu-satunya guru yang menggagalkan Dedi naik kelas. Ia langsung tersenyum simpul saat mengenang momen itu.
"Soalnya waktu itu Dedi masih kecil, kalau dipaksakan naik takut tidak kekejar. Jadi untuk kebaikannya terpaksa saya tidak luluskan dulu dan biar dia bisa belajar lebih baik," katanya.
Tidak banyak ingatan masa lalunya. Hanya saja, saat itu, Dedi tidak merasa minder atau dendam padanya. "Ah enggak, biasa saja. Saya beri penjelasan ke Dedi kenapa belum bisa naik kelas, salah satunya karena masih kecil, usianya kalau tidak salah lima tahun," katanya.
Pada Februari, rumahnya kedatangan staf Dedi guna menawarkan umrah gratis dengan murid SDnya itu. Ia tak menyangka Dedi masih ingat dengannya.
"Saya enggak berpikir berangkat umrah, tiba-tiba ada stafnya Pak Dedi diperintah mengajak saya umrah," katanya.
Pada kesempatan sama, Dedi mengaku sengaja mengajak umrah sejumlah guru bersama keluarganya.
"Bu Epon guru saya yang pertama kali memberi pelajaran penting bagi saya untuk bersabar dan bangkit dari kegagalan. Saya tidak naik kelas karena masih kecil dan saat saya masih kecil, saya benar-benar diuji kesabarannya. Di situlah saya merasa bahwa Bu Guru Epon sangat berjasa bagi saya, terutama menguji kesabaran saya," katanya.
Selain itu, ia menganggap guru adalah titik awal pembangunan peradaban manusia Indonesia, termasuk guru honorer sekalipun.
"Saya ingin memuliakan guru. Jadi saat ada rezeki lebih, saya mengajak mereka," kata Dedi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Angga Nugraha
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement